Segala pesan yang kita pahami sebagai "intuisi" tadi sesungguhnya adalah informasi paranormal. Pemahamannya, informasi yang terkait dengan jiwa dan pikiran, namun belum bisa diterangkan dalam nalar pengetahuan saat ini.
Fenomena bisa meramalkan masa depan, bermimpi didatangi seseorang yang ternyata besoknya meninggal, atau mampu menangkap pesan dan seseorang yang jauh, semua itu memang belum bisa diterangkan secara keilmuan saat ini.
Para ahli parapsikologi menduga, mungkin kita sebenarnya menerima banyak informasi paranormal selama hidup. Cuma kita tidak menyadarinya saja.
Mirip fenomena gunung es
Informasi semacam ini sering kita dapatkan, tapi rasio kita menepisnya. Karenanya, masih dalam dugaan para ahli, kita baru bisa menerima informasi semacam ini dengan baik jika kondisi tubuh dan pikiran kita dalam keadaan tidak sadar penuh atau rileks.
Seperti pada saat kita bermimpi, relaksasi, meditasi, atau hipnosis. Dengan pengukuran gelombang otak (EEG), kondisi tersebut tercapai pada gelombang otak Theta 4-7 cps (cycle per second) atau Delta 0,5-3 cps.
Para ahli mencoba membuktikan potensi ESP yang ada pada setiap manusia melalui penelitian "Gansfeld", seperti ditulis dalam situs Wikipedia. Pelopornya Charles Honorton (1946-1992) ahli parapsikologi AS, dan dilakukan di Maimonides Hospital and Psychophysical Research Laboratories di Princeton, Amerika Serikat.
Hasilnya sendiri cukup menarik untuk disimak, meski masih mengundang perdebatan. Dalam penelitian itu, peserta terbagi dua kelompok yang terpisah ruangan, yaitu kelompok pengirim pesan dan kelompok penerima pesan.
Penerima pesan ditempatkan di kursi yang nyaman, mata ditutup setengah potongan bola ping pong, lalu sekeliling ruangan diberi cahaya merah. Telinga mereka juga dipasangi headphones yang memperdengarkan suara dengan spektrum frekuensi tertentu.
Setelah setengah jam, di ruangan lain, pengirim pesan ditugasi untuk memilih acak satu dari empat gambar, sambil berusaha untuk mengirimkan pesan secara mental ke penerima pesan. Pada saat yang sama, penerima pesan diminta menyebutkan semua yang ada di pikiran dan bayangan di otaknya. Prosesnya mirip telepati.
Pada bagian akhir penelitian, penerima pesan diminta untuk menebak satu dari empat gambar yang sebelumnya telah dipilih pengirim pesan. Syaratnya, penerima hanya boleh menyebut sekali dan secepatnya.
Hasilnya ternyata cukup baik.
Penerima pesan umumnya mampu menebak gambar dengan benar. Deskripsi tentang pesan yang dikirimkan secara mental dari ruangan lain umumnya juga cukup akurat. Ini benar-benar mencengangkan para ahli!
Orang mungkin akan cepat mencibir hasil penelitian ini sekiranya tidak dilakukan dalam kurun waktu 20 tahun (1974-2004), sebanyak 88 kali penelitian, dan melibatkan tiga ribuan tes. Kesimpulan para ahli, potensi ESP sebenarnya ada pada setiap orang, tinggal apakah orang itu mau memaksimalkannya atau tidak.
Menariknya, berdasarkan catatan penelitian, jawaban yang benar adalah yang terucap spontan. Atau artinya tanpa melalui proses pemikiran atau panca indera terlebih dulu.
Jawaban inilah yang diyakini merupakan hasil dari informasi paranormal. Melatih otak kiri dan otak kanan seseorang boleh saja punya potensi ESP, tapi yang menjadi tantangan terbesar justru memaksimalkan potensi itu. Sejauh pengamatan Amar, bahkan banyak orang yang sudah tahu manfaatnya, tapi sayangnya hanya sedikit yang tertarik mengembangkannya.
Soal menyala-nyala
Ada beberapa latihan yang bisa dicoba untuk meningkatkan kemampuan ESP. Namun inti dari semua latihan itu, untuk menambah kepekaan kita terhadap informasi paranormal. Cara berlatih yang paling dasar adalah membawa tubuh dan pikiran ke dalam situasi tenang dan rileks, seperti melalui meditasi, yoga, dsb.
Sebagai tempat penampung informasi, otak juga perlu dilatih. Antara lain dengan memaksimalkan fungsi otak kiri dan otak kanan, kemudian mensinkronkannya dengan saling berkomunikasi.
Pada tahap lanjutan, latihan kepekaan terhadap informasi paranormal ini akan membuka pula kepekaan panca indera kita terhadap hal-hal lain. Misalnya dapat melihat hal-hal tak kasatmata, mendeteksi dan merasakah getaran aura, mendengar suara yang tidak ditangkap pendengaran normal, dst.
Semasa mahasiswa, Amar sering heran melihat beberapa tulisan di bukunya seperti berpendar-pendar. Anehnya, beberapa waktu kemudian, tulisan itu yang ternyata jadi soal ujian. "Jadinya saya terus belajar mengikuti yang menyala saja. Kebanyakan betul, itu yang keluar di ujian," tutur dosen yang menyelesaikan studi S3 bidang Filsafat di Universitas Gadjah Mada ini.
Sejak itu, ia yang kebetulan memiliki bakat kepekaan dari garis keluarga ayah, semakin mengasah potensi ESP-nya. Semua dilakukan sendiri, bermodal ketekunan. Menurutnya, semua informasi yang diterimanya jarang meleset, jika tidak bisa dikatakan selalu benar. Ia menganggapnya sebagai suatu karunia Tuhan yang kini dimanfaatkan untuk menolong orang lain.
"Segala pesan yang diterima nantinya akan terjadi seperti apa adanya," kata Amar yakin. Tentang karier, keuangan, kesuksesan, dan aspek-aspek kehidupan lain, bisa tergambarkan jika kita menghendakinya. Jika di kemudian hari ternyata terjadi perubahan, maka biasanya si penerima pesanlah yang "menggagalkannya".
Nah, sekarang kita bisa menenangkan diri. Rileks. Apa pesan yang Anda terima hari ini?
Penulis | : | T. Tjahjo Widyasmoro |
Editor | : | T. Tjahjo Widyasmoro |
KOMENTAR