Advertorial
Intisari-Online.com -Belakangan ini ramai soal pembongkaran instalasi bambu getih getah di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat.
Pembongkaranobjek pemanis Ibukota ini menuai beragam respons publik.
Salah satu warga yang mengeluarkan pendapatnya adalah Aidil (38).
Dilansir dari Kompas.com, Kamis (18/7/2019), ia tidak mempermasalahkan pembongkaran karena kondisi bambu sudah tidak bagus.
Baca Juga: Seniman Getih Getah Sebut Bahwa Polusi Udara Jakarta Bikin Karyanya Cepat Rapuh
Meski begitu ia mengaku menyayangkan hal tersebut dari segi dana yang terbilang besar, Rp 550 juta.
"Kalau menurut saya dibongkar karena sudah rapuh. Kalau masalah anggaran, ya menyorot juga dari segi anggaran, sudah dibuat mahal-mahal," ucapnya seperti dikutip dari Kompas.com.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengerahkan berbagai upaya untuk mempercantik ibu kota.
Beberapa kali instansi yang dipimpin Gubernur Anies Baswedan itu mengeluarkan anggaran untuk pernak pernik estetik maupun mempermak tampilan jalan protokol.
Kebanyakan, benda-benda tersebut dipasang Pemprov DKI Jakarta menjelang pesta olahraga Asian Games 2018.
Baca Juga: Penemuan Ornamen Mengerikan 'Liontin' dari Tengkorak Manusia Jadi Bukti Kekejaman Suku Maya
Masih segar di ingatan saat Pemprov DKI Jakarta menyulap separator jalan yang semula berwarna abu-abu semen atau kuning polos menjadi berwarna warni.
Anies, saat itu menyebutkan bahwa perubahan dilakukan dalam rangka "beautifikasi" menyambut Asian Games 2018.
Tujuannya memang baik, untuk memperindah penampilan Jakarta yang sudah semrawut karena padatnya kendaraan.
Sayangnya, keberadaan benda-benda tersebut tak berlangsung lama.
Padahal anggaran yang dikeluarkan pun terbilang tidak sedikit.
Kompas.com merangkum beberapa benda yang digunakan Pemprov DKI Jakarta untuk menambah nilai estetik ibu kota, tapi tak berumur panjang, sebagai berikut:
1. Separator warna warni
Menyambut gelaran Asian Games 2018, pemerintah kota Jakarta menyemarakkan kota dengan menghias setiap sudut dengan warna-warni khas gelaran pesta olahraga tersebut.
Salah satunya dilakukan dengan menghias separator jalur atau pemisah jalur jalan dengan cat warna-warni.
Separator jalan tersebut terpantau mulai diwarnai pada Juli 2018.
Wakil Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sandiaga Uno, mengatakan separator warna-warni itu hasil inisiatif warga dalam menyambut Asian Games 2018.
Kementerian Perhubungan menyatakan bahwa tak ada aturan soal warna separator.
Namun, muncul anggapan bahwa separator warna warni akan membahayakan pengguna jalan dan mengaburkan fungsi sebenarnya.
Akhirnya, selang beberapa hari, separator tersebut dicat jadi warna hitam putih.
2. Pohon plastik
Pemprov DKI Jakarta pernah memasang lampu hias berwujud pohon plastik yang menghebohkan media sosial pada Juni 2018.
Baru beberapa hari dipasang, ramai protes dan cibiran warganet soal pohon plastik yang memakan trotoar.
Dari segi estetika, tampilannya pun kurang menarik. Ternyata, pohon-pohon itu adalah stok lama pengadaan tahun 2017.
Biasanya, ketika hari besar, pohon-pohon itu dipasang di Jalan MH Thamrin dan Jalan Medan Merdeka Barat saat Hari Raya, HUT Jakarta, hingga malam tahun baru.
Jika event selesai, maka pohon ini dicopot. Namun, pohon ini kembali dipasang menjelang perhelatan Asean Games 2018.
Pohon yang dipasang di kawasan MH Thamrin dan Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat itupun tak lama kemudian dicopot setelah ada protes dari pengguna jalan yang terhalang pohon.
Baca Juga: Soal Penetapan Upah Minimum Provinsi, Anies Baswedan Minta Waktu pada Buruh untuk Lunasi Utangnya
Terkait anggaran yang dikeluarkan, muncul dua versi.
Pertama, senilai Rp 8,1 miliar di Dinas Perhutanan, yang mana tercatat dalam Sistem Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) pengadaan tanaman imitasi berjudul lelang pengadaan tanaman dan bahan dekorasi.
Namun, angka itu dibantah Kepala Suku Dinas Perindustrian dan Energi Jakarta Pusat Iswandi.
Versi kedua, sebesar Rp 2,2 miliar untuk anggaran pengadaan lampu hias dan pencahayaan kota di Suku Dinas Perindustrian dan Energi tahun anggaran 2018. Kali ini, angka tersebut dibantah Sandiaga.
3. Waring Kali Item
Pada Juli 2018, jaring berwarna hitam selebar sekitar 20 meter menutupi Kali Sentiong yang terletak di belakang Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat.
Kali Sentiong itu lebih populer dengan nama Kali Item. Tak hanya berwarna hitam pekat, kali tersebut juga mengeluarkan bau tak sedap.
Pemerintah pun berusaha menutupi keruhnya kali dan bau tersebut dengan jaring berbahan nilon.
Sebab, kali tersebut berdekatan dengan Wisma Atlet Kemayoran dan jalurnya dilewati atlet menuju stadion olahraga selama pertandingan.
Adapun anggaran yang digunakan untuk membeli waring tersebut sebesar Rp 580.833.000 yang terbagi dalam tiga segmen.
Bertahan empat bulan, waring tersebut dicopot pada November 2018.
4. Bambu Getih Getah
Di antara para pemanis Jakarta, mungkin instalasi bambu Getih Getah merupakan satu yang bertahan paling lama.
Getih Getah dipasang pada Agustus 2018.
Karya seniman Joko Avianto itu sempat dibanggakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai karya seni dengan material asli Indonesia.
Instalasi itu ditopang oleh puluhan pilar-pilar bambu yang tertancap kokoh.
Dipilihnya bambu sebagai bahan pembuatan juga menyimbolkan perjuangan bangsa Indonesia yang menggunakan bambu saat berjuang demi kemerdekaan.
Sayangnya, instalasi yang memakan anggaran Rp 550 juta itu hanya bertahan 11 bulan.
Pada Kamis (18/7/2019), bambu Getih Getah dibongkar.
Kepala Dinas Kehutanan, Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta Suzi Marsitawati beralasan, kondisi instalasi bambu tersebut mulai rapuh.(Ambaranie Nadia)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judulSelain Bambu Getih Getah, Ini Daftar Pemanis Jakarta yang Berbiaya Besar tapi Tak Tahan Lama