Advertorial
Intisari-Online.com - Sebuah tim arkeolog 'menyelam' di padang pasir yang terik di Sudan utara.
Dulunya, tempat itu adalah tanah Nubia yang di situlah telah ditekan artefak dan 'daun emas' di sebuah makam yang tenggelam berusia 2.300 tahun milik seorang firaun bernama Nastasen yang memerintah kerajaan Kush dari 335 SM hingga 315 SM.
Perbedaan utama antara piramida yang ditemukan di Sudan utara dan piramida yang lebih terkenal di Kairo di Mesir adalah bahwa firaun dimakamkan di bawah bukan di dalam piramida.
Kadang-kadang disebut "firaun hitam," dinasti ini menaklukkan Mesir pada abad ke-8 SM dan memerintah selama hampir seabad.
Pada tahun 2018, tim menemukan tangga 65 langkah dan mulai menggali, tetapi ketika mereka sampai di sekitar 40 anak tangga, mereka terhadang air.
Menyelam Jauh ke Dalam Gurun
Dalam sebuah artikel National Geographic, Pearce Paul Creasman, arkeolog bawah laut yang memimpin tim ke makam kuno tersebut mengatakan bahwa metode menyelam dengan tangki scuba diving terlalu rumit.
Baca Juga: Berbobot 75 Kg dengan Panjang Capai 5 Meter, Piton Ini Disingkirkan Beserta 50 Telur di Sarangnya
Oleh karenanya dia memilih untuk memompa oksigen melalui selang dari pompa di permukaan.
Dibantu dengan Fakhri Hassan Abdallah, seorang inspektur dengan Perusahaan Nasional Sudan untuk Barang Antik dan Museum, Creasman memasuki jurang berair di bawah piramida tersebut.
"Ada tiga kamar dengan langit-langit melengkung yang indah sekuran bus kecil."
Menurut Creasman, ketika dia berjalan melewati lumpur yang gelap untuk menemuan patung-patung kecil dari kaca yang ditaburi emas.
Baca Juga: Tak Perlu Diperdebatkan Lagi, Mi Instan Memang Berbahaya Bagi Kesehatan, Ini Tiga Alasan Utamanya
Dan sementara air menghancurkan gelas di bawahnya, "serpihan emas kecil itu masih ada."
Dalam keadaan normal semua jejak daun emas akan dicuri oleh perampok kuburan, tetapi kenaikan permukaan air membuat makam khusus ini tidak dapat diakses.
Mencari Asal-usul Daun Emas Kush
Baca Juga: 3 Jam Tanpa Henti, Seorang Suami Siksa Istrinya hingga Tulang Rusuk Patah di Depan Anak Balitanya
'Daun emas Kush' terdengar seperti nama teh, atau merek ganja yang sangat kuat, kedua produk yang terkait dengan kerajaan Kush.
Namun, sementara tim Creasman mungkin sedikit kecewa karena tidak menemukan koleksi patung emas padat, serpihan daun emas itu sendiri tak ternilai dalam hal warisan.
Tanah Kush menjadi salah satu daerah penghasil emas utama dunia kuno dan para alkemis serta pengrajinnya membuat perhiasan yang rumit dan indah dan mereka menghiasi kuil-kuil dan patung-patung mereka dengan daun emas.
Pada 2007, The Guardian menerbitkan sebuah artikel yang mengumumkan bahwa para arkeolog menemukan ”Situs kuno tempat serpihan emas berasal dari bijih langka.”
Terletak di Hosh el-Geruf, 225 mil (362 km) utara Khartoum di Sudan, para arkeolog pertama kali menggali batu gerinda yang terbuat dari batu mirip granit bernama gneiss, yang digunakan untuk menghancurkan bijih dan memulihkan serpihan emas.
Gil Stein, direktur Oriental Institute, mengatakan kepada The Guardian, "Pekerjaan ini sangat penting karena dapat memberi kita pandangan pertama kita pada organisasi ekonomi negara Afrika yang sangat penting namun kurang dikenal ini- kerajaan Kush."