Advertorial
Intisari-Online.Com -Sebuah peristiwa yang langka terjadi baru-baru ini.
Seorang warga negara Korea Selatan (Korsel) menyatakan sumpah setia pada Korea Utara (Korut).
Melansir dari Daily Mirror, Selasa (9/7/2019) seorang pria berusia 73 tahun melakukan hal yang berbeda dari yang kebanyakan orang lakukan.
Pasalnya, banyak sekali warga Korut yang melarikan diri ke Korsel.
Lebih dari 30.000 orang telah pergi ke Korsel untuk meninggalkan negara komunis itu.
Choe In-guk (73) mengatakan dia telah pindah ke negara yang sangat tertutup itu karena ingin menghormati 'keinginan terakhir' orangtuanya.
Ia juga menyatakan keputusannya itu untuk mendedikasikan hidupnya untuk menyatukan kembali kedua negara.
Mediapemerintah Korea Utara merilis rekaman video kedatangannya di bandara Pyongyang pada hari Sabtu.
Rekaman itu menunjukkan Choe berkacamata dan diberi hadiah bunga ketika ia bertemu pejabat negara.
Diyakini ia terbang ke Beijing dan kemudian ke Korea Utara setelah ia disetujui untuk mendapatkan visa pemukiman.
Korea Selatan mengharuskan warga negaranya harus menerima izin khusus untuk menyeberangi perbatasan, sesuatu yang tidak secara resmi diminta Choe.
Dikutip di situs web Korea Utara Uriminzokkiri via Daily Mirror, Choe mengatakan, "Untuk tinggal di dan mengikuti negara di mana saya merasa bersyukur adalah jalan untuk melindungi keinginan yang ditinggalkan oleh orang tua saya.
"Jadi aku memutuskan untuk secara permanen tinggal di Korea Utara, meskipun terlambat."
Sementara itu dikutip dari AFP via Kompas.com, menurut Na Han-yub (teman Choe In-guk) di Seoul, pria ia menjadi pembelot karena tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang mapan sejak orangtuanya pindah ke Korut.
"Dia selalu menyesal tidak bisa menyediakan kebutuhan finansial yang layak bagi anaknya," ucap Na yang melanjutkan, hubungan Choe dengan istrinya juga renggang.
Dilansir dari Daily Mirror, mendiang ayah Choe In-guk, Choe Dok-shin adalahmantan Menteri Luar Negeri Korea Selatan, pindah ke Pyongyang pada tahun 1986 bersama istrinya setelah skandal korupsi yang berlangsung lama membuatnya diasingkan dari negara asalnya.
Sedikit yang diketahui tentang Choe, tetapi ia mengklaim memiliki kehidupan yang sulit setelah dicap sebagai putra 'pengkhianat'.
Sementara itu, lebih dari 30.000 orang telah melarikan diri dari Utara ke Selatan yang pro-barat sejak awal konflik Korea hampir 68 tahun yang lalu.
Tetapi sedikit yang memilih untuk melakukan perjalanan ke arah yang berlawanan, sehingga pembelotan ke Korea Utara adalah hal yang sangat langka.
Banyak yang melakukan perjalanan melalui Zona Demiliterisasi yang sangat aman (DMZ) dan beberapa tentara diketahui telah melarikan diri dengan berjalan kaki di bawah hujan peluru.