Advertorial

Akhir Tragis para Pembelot di Korea Utara, Mau Kehidupan Enak Malah Terjebak Sebagai Budak Nafsu di Tiongkok

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Dia berani melakukan tindakan pembelotan ini karena dijanjikan kehidupan enak dan pekerjaan di sebuah restoran.
Dia berani melakukan tindakan pembelotan ini karena dijanjikan kehidupan enak dan pekerjaan di sebuah restoran.

Intisari-online.com - Hidup di Korea Utara memang serba terkekang, dari potret yang sempat bocor menunjukkan betapa memilukannya kehidupan orang-orang di Korea Utara

Oleh sebab itu, banyak orang di Korea Utara melakukan pembelotan dengan mencoba melarikan dari negeri Komunis tersebut.

Melansir Daily Mirror pada Senin (10/6/2019), seorang wanita bernama Lee misalnya dia melarikan diri dari Korea Utara menuju keTiongkok dengan menyeberangi Sungai Tumen.

Dia berani melakukan tindakan pembelotan ini karena dijanjikan kehidupan enak dan pekerjaan di sebuah restoran.

Baca Juga: Kontroversi Tudingan Iluminati pada Masjid Safar, Memang Bagaimana Pengaruh Iluminati pada Agama?

Namun, sayang keinginannya ini tidak pernah terwujud.

Alih-alih mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang enak, sekelompok pembelot Korea Utara ini justru dijual sebagai budak Cyberseks di Tiongkok, sebelum mereka berhasil melarikan diri.

Lee, adalah contoh dari banyak korban dalam praktik ini. Selama 5 tahun dia dan beberapa gadis mengaku dipenjara di apartemen kecil di timur laut Tiongkok.

Pialang dia percayai untuk merencanakan pelariannya dari Korea Utara justru menjualnya ke operator Cyberseks.

Kisah Lee dimulai dari sebuah laporan yang diwartakan oleh CNN.

Dalam laporan itu, Korea Future Initiative (KFI) yang berbasis di London, menjelaskan wanita Korut acab kali diperbudak di rumah-rumah bordil.

Baca Juga: Shireen Sungkar Ngaku Tak Sanggup Jika Teuku Wisnu Poligami: Wanita yang Alami Poligami Sering Menderita Emosi Negatif

Mereka dijual ke pernikahan yang represif atau dibuat untuk melakukan tindakan grafis di webcam di kota-kota satelit dekat perbatasan Tiongkok-Korea Utara.

Hingga akhirnya, Lee diselamatkan ketika orang asing yang diajaknya berbicara online adalah seorang pendeta Korea Selatan yang berjanji menyelamatkannya.

Tidak ada statistik resmi yang menunjukkan dengan tepat bahwa wanita Korea Utara yang meninggalkan negara mereka berakhir dengan tragis.

Disamping itu, Korea Selatan adalah rumah bagi sekitar 25 juta orang dan menyambut 32.000 pembelot sejak 1998.

Lee menjelaskan kepada CNN tentang pertumbuhan di negara komunis, "Kami memiliki cukup makanan, nasi dan gandum yang disimpan di garasi."

"Tetapi orang tua saya keras, saya harus pulang sebelum matahari terbenam dan mereka tidak mengizinkan saya mengenyam pendidikan tinggi," katanya.

Setelah pertengkaran buruk dengan keluarganya, dia memutuskan melarikan diri ke Tiongkok dan menemukan orang yang menjanjikannya pekerjaan.

Namun, ia justru dibohongi.

Lee telah dijual brokernya seharga 30.000 Yuan atau sekitar (Rp61 juta) kepada operator ruang obrolan Cyberseks.

"Ketika saya tahu saya merasa sangat terhina," Lee berkata.

"Saya mulai menangis dan meminta untuk pergi, tetapi bos mengatakan dia telah membayar banyak uang untuk saya dan saya sekarang memiliki hutang kepadanya," sambungnya.

Baca Juga: Coba Cek Air Kencing Anda! Apakah Berbusa? Jika Ya, Bisa Jadi Tanda Awal 4 Penyakit Ini!

Seorang juru bicara pemerintah Tiongkok mengatakan dalam sebuah wawancara kepada CNN.

"Saya menekankan bahwa pemerintah Tiongkok menaruh perhatian besar kepada hak-hak warga negara yang sah dan menuntut hukum untuk memerangi perdagangan perempuan dan anak," katanya.

Namun, Michael Glendinning, direktur KFI mengatakan, pemerintah Tiongkok tidak cukup untuk berbuat dan melindungi gadis Korea Utara dan wilayahnya.

Kasus Lee adalah satu dari banyaknya kasus perdagangan wanita di Korea Utara.

"Beberapa pria ingin bicara namun sebagian besar menginginkan lebih," sambung Lee

"Mereka meminta saya mengambil pose sugestif atau membuka pakaian dan menyentuh diri saya sendiri. Meminta melakukan semua yang mereka minta," tambahnya.

"Aku merasa ingin mati, namun aku tidak bisa bunuh diri karena bos selalu mengawasi kami," jelasnya.

Lee dan wanita lainnya hanya diizinkan keluar setiap enam bulan. Namun mereka berhasil melarikan diri para 26 Oktober 2018, dan pergi ke Korea Selatan.

Baca Juga: Sedang Patroli Perbatasan Indonesia-Papua Nugini, TNI Justru Temukan Ladang Ganja Seluas 4 Hektar

Artikel Terkait