Advertorial
Intisari-Online.com - Di luar jarak jangkauan efektif tirai penangkis serangan udara Arab, Chel Ha'Avir, angkatan udara Israel tetap menguasai udara.
Tak hanya itu, Chel Ha'Avir juga unggul dalam duel, termasuk dengan pilot korea.
Selain pilot Mesir dan Suriah, sebelum dan selama Perang Yom Kippur unit-unit udara dari negara-negara yang bersekutu dengan mereka juga berdatangan menyerang Israel.
Di samping Irak, Aljazair, dan Libya, ada juga para instruktur Pakistan yang dikabarkan menerbangkan misi-misi tempur dengan pesawat MiG-21 Mesir maupun Mirage Libya.
Baca Juga: Bagai Perisai dan Pedang Raja Daud, Itulah Keunggulan Angkatan Udara Israel di Medan Pertempuran
Bahkan karena sangat kekurangan pilot MiG-21, Angkatan Udara Mesir dengan senang hati menerima 20 penerbang Korea Utara yang sangat berpengalaman.
Lebih jauh, banyak di antara mereka telah mengantongi lebih dari 2.000 jam terbang.
Duel udara pertama antara pilot Korea Utara dan Israel terjadi di atas sektor Teluk Suez pada 6 Oktober 1973.
Pasa saat itu, dua pesawat F-4 Phantom Israel yang hendak kembali ke pangkalan karena bahan bakarnya menipis setelah melakukan patroli udara menangkap kedatangan dua MiG-21 di radarnya.
Baca Juga: Seekor Buaya Berenang di Danau dengan Pisau Tertancap di Kepalanya Mengejutkan Warga, Ini Kisahnya!
Namun karena tidak dapat melihat wingman mereka sementara cuaca buruk, pesawat Phantom yang diawaki Shadmi dan Gur tidak bisa melepaskan rudal AIM-7 Sparrow maupun AIM-9D Sidewindernya.
Ketika kedua pesawat F-4 Israel itu mendekati lawannya.
Salah satu MiG-21 menghindar sehingga hanya tinggal satu yang tetap berhadapan dengan pesawat-pesawat Israel tersebut.
Namun pesawat MiG-21 itu diawaki oleh seorang penerbang Korea Utara yang sangat terampil.
Baca Juga: Berusia 2.000 Tahun, Ini Markas Legiun ke-6 Romawi untuk Kendalikan Pemberontakan Yahudi
Bahkan sekalipun hanya sendirian berhadapan dengan dua pesawat F-14, MiG-21 tersebut berusaha memperlambat kecepatannya untuk menantang suatu dogfight.
Kedua pesawat pemburu Israel tidak terpancing dengan manuver itu dan tetap mempertahankan kecepatan tinggi mereka.
Kedua pesawat F-4 kemudian melepaskan tiga rudal Sidewinder, yang kesemuanya meledak di dekat MiG-21 tersebut.
Namun pesawat yang diawaki orang Korea Utara itu tetap mengudara.
Akhirnya, karena bahan bakar pesawat-pesawat Israel semakin menipis, mereka berbalik ke timur untuk pulang ke pangkalan.
Baca Juga: 3 Cara Bagaimana Militer Israel Dominasi Medan Perang, Seperti Apa?