Advertorial

Sarang Walet Laku Dijual Rp40 Juta per Kilogram ke China, Nilai Ekspor Jadi Rp40,6 Triliun

Tatik Ariyani

Editor

Sarang walet menjadi potensial karena harganya mencapai Rp.25 juta per kg, sedangkan tujuan China harganya hingga Rp.40 juta per kg.
Sarang walet menjadi potensial karena harganya mencapai Rp.25 juta per kg, sedangkan tujuan China harganya hingga Rp.40 juta per kg.

Intisari-Online.com - Indonesia memang kaya akan sumber daya alam yang mampu dijadikan komoditas ekspor untuk menambah devisa negara.

Setiap daerah di Indonesia memiliki komoditas ekspor yang khas. Kali ini pencapaian yang bagus datang dari Bengkulu yang mengalami kenaikan nilai ekspor yang cukup tinggi dibandingkan periode sebelumnya.

Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) kembali mengapresiasi eksportir di Bengkulu atas pencapaian total nilai ekspor sebesar Rp.162,65 miliar atau naik 72,2% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

"Alhamdulillah, ini kita dorong terus, dari sistem pelayanannya maupun jaminan kesehatannya, sesuai persyaratan negara tujuan," jelas Ali Jamil, Kepala Barantan pada acara Apresiasi Pelaku Usaha Agribisnis sekaligus melepas ekspor berbagai komoditas pertanian di Pelabuhan Pulau Baai Kota Bengkulu senilai Rp.9,4 miliar, Kamis (27/6).

Baca Juga: Makanan Kadaluarsa Ternyata Masih Bisa Dikonsumi Asal Perhatikan Dulu Hal Berikut Ini

Salah satu komoditas yang diekspor berupa sarang burung walet tujuan Taiwan senilai 4.138 USD.

Sebelumnya ekspor sarang walet dari Bengkulu dilakukan melalui tempat lain seperti Jakarta atau Semarang.

Hal tersebut selain dikarenakan belum adanya rumah walet dan tempat produksi yang tersertifikasi, juga belum adanya penerbangan internasional langsung dari Bengkulu.

Jamil mendorong agar para petani walet dan pelaku industri walet meregistrasi rumah walet dan tempat produksinya ke Barantan agar hasil produksi yang dihasilnya lebih memiliki daya saing.

Baca Juga: Menjelang Bebas Dari Penjara, Saiful Jamil Siap Memaafkan Musuh-musuhnya, Memelihara Dendam Memang Tak Baik Bagi Kesehatan

Ia juga berkomitmen dan berkomunikasi dengan instansi dan pemerintah daerah agar akses logistik internasional dapat dipersingkat dan disederhanakan.

Saat ini sarang walet asal Bengkulu diekspor ke Taiwan melalui kantor pos atau jasa titipan.

"Ini bisa jadi alternatif sementara, lewat jasa titipan atau bandara internasional terdekat, intinya kita dorong agar bisa langsung lewat Bengkulu, dan pastinya harus disertifikasi Karantina agar sesuai persyaratan negara tujuan," ungkap Jamil.

Selain sarang walet, diekspor pula cangkang sawit tujuan Thailaand senilai Rp.7,15 M dan karet lempengan tujuan Amerika Serikat senilai Rp.2,17 M.

Baca Juga: Berusia 3.400 Tahun, Istana Kuno di Kurdistan Ini Kembali Muncul dari Waduk yang Dilanda Kekeringan

Menurut Jamil, Barantan terus mendorong pertumbuhan ekspor komoditas pertanian daerah setidaknya dengan dua program. Yaitu program _inline inspection_ karantina dan program agro gemilang.

Program _inline inspection_ nerupakan percepatan layanan karantina berupa fasilitas jemput bola, yaitu pemeriksaan karantina yang dilakukan di tempat pemilik, sehingga tidak memerlukan waku tambahan untuk pemeriksaan karantina di pelabuhan.

Sedangkan program agro gemilang merupakan bimbingan teknis pada para millenial calon eksportir agar komoditas yang diekspor dapat memenuhi standar _sanitary and phytosanitary_ (SPS) negara tujuan.

M Ischaq, Kepala Karantina Pertanian Bengkulu menambahkan, bahwa sesuai data dari sistem otomasi perkarantinaan, IQFAST diwilayah kerjanya tercatat tahun 2018 ekspor komoditas pertanian dari Provinsi Bengkulu sebanyak Rp.162,65 miliar, sedangkan hingga Juni 2019, nilai ekspor komoditas pertanian mencapai Rp.117,45 miliar.

Baca Juga: Siapa Sangka 200 Juta Tahun Lalu, Buaya Ternyata Hewan Vegetarian, Ini Buktinya!

Adapun komoditas unggulan diantaranya karet lempengan, kayu karet dan sengon, cangkang sawit, kulit kayu manis dan kopi.

Sementara negara mitra dagang yang menjadi tujuan ekspor diantaranya Amerika Serikat, China, India, Kanada, Afrika, Thailand, Taiwan, Vietnam, Malaysia, Swiss dan Jepang.

Menurutnya, sarang walet menjadi potensial karena harganya mencapai Rp.25 juta per kg, sedangkan tujuanChina harganya hingga Rp.40 juta per kg.

Dari data yang ada pada 2018 ekspor sarang walet Indonesia keChina secara keseluruhan nilainya mencapai Rp.40,6 T.

Baca Juga: Benarkah Orang Malas Justru Punya IQ Lebih Tinggi Dibandingkan Orang yang Rajin?

Dari data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS, 24/6/2019) menyebutkan pertumbuhan ekspor komoditas pertanian yang positif dengan pertumbuhan 25,19% dibandingkan tahun lalu ( _year on year_) atau senilai 0,32 miliar dolar AS.

BPS mencatat, kenaikan nilai ekspor pertanian ini menjadi salah satu variabel penting yang menyebabkan kenaikan ekspor nasional Mei 2019 yaitu sebesar 14,74 miliar dolar AS, naik 12,42 persen secara bulanan ( _month on month_).

Hal tersebutlah yang mengakibatkan neraca perdagangan nasional surplus sebesar 207,6 juta dolar AS.

Yuliswani Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Prov. Bengkulu yang juga hadir dalam acara tersebut, mengapresiasi inisiasi dan program Kementan yang mendorong produk lokal nusantara agar dapat tembus ke pasar manca negara.

Baca Juga: Dianggap Benda Paling Kotor dan Sarang Bakteri, Kenyataannya Spons Cuci Piring Juga Memiliki Manfaat Ini

Ia berkomitmen akan terus mendukung dengan melakukan kerjasama lewat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada dilingkungannya.

Jamil menjelaskan bahwa melalui dua program diatas, diharapkan peningkatan ekspor komoditas pertanian dapat makin bertumbuh.

Menurutnya setidaknya ada 5 strategi yang bisa dilakukan melalui program persebut. Pertama adalah dengan menambah jumlah eksportir baru terutama kalangan millenial.

Yang kedua adalah dengan melakukan diversifikasi produk ekspor, Jamil menyarankan agar produk yang diekspor minimal produk setengah jadi.

Baca Juga: Waspadalah, Membersihkan Lidah Menggunakan Sikat Gigi Justru Sebabkan Kuman dan Bakteri Semakin 'Menumpuk'

Strategi yang ketiga adalah dengan meningkatkan frekuensi jumlah ekspor.

Yang keempat adalah dengan membuka akses pasar baru komoditas pertanian di manca negara, dan yang kelima adalah melakukan terobosan dan inovasi layanan perkarantinaan guna mempercepat proses bisnis eksportasi komoditas pertanian.

Dalam kesempatan yang sama, Jamil juga menyerahkan secara simbolis akses aplikasi I-MACE ( _Indonesian Map of Agricultural Commodities Exports_) pada Asisten II.

"Lewat aplikasi ini, dapat terlihat perkembangan dan potensi ekspor komoditas pertanian yang ada di daerah secara real time, semoga dapat dijadikan masukan dalam membuat kebijakan pembangunan pertanian didaerah," pungkas Jamil.

Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Tidak Hanya Cangkang Sawit dan Kayu Olahan, Bengkulu Kini Ekspor Sarang Walet

Artikel Terkait