Para peneliti menyimpulkan hal ini setelah mempelajari pola makan, kualitas sperma, dan hormon reproduksi dari sekitar 3.000 pria muda yang telah lulus tes kebugaran di pelayanan militer.
Hasilnya kemudian dipresentasikan pada rapat tahunan European Society of Human Reproduction and Embryology pekan ini.
Lalu, mengapa hal itu bisa terjadi? Dokter urologi di NYU Langone Health, Bobby Najari menguraikan penjelasannya.
Dia menyebut, studi ini mendukung temuan-temuan sebelumnya yang menyatakan, pola konsumsi makanan cepat saji kerap dikaitkan dengan kualitas sperma yang buruk.
Baca Juga: Tidak Bisa Berpaling dari Junk Food? Kita Bisa Kok Membuatnya Lebih Sehat!
"Aku rasa studi tersebut menguatkan banyak hal yang pernah kusampaikan kepada para pasien," kata Najari.
Para pria yang peduli dengan kualitas dan kuantitas spermanya serta kesehatan secara umum disarankan untuk mengonsumsi banyak buah-buahan, sayur-sayuran dan daging tanpa lemak.
Meski begitu, studi tersebut tidak mengindikasikan bahwa konsumsi makanan cepat saji selama usia remaja bisa secara berdampak permanen.
"Kesanku terhadap studi ini adalah diambil dari satu waktu. Ini bukanlah studi longitudinal di mana semua hal dicek kembali berkali-kali. Aku tidak akan bilang ini tidak bisa diubah," kata dia.
Baca Juga: 6 Persamaan Antara Gula dan Junk Food dengan Obat-obatan Terlarang
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR