Advertorial

'Keluarga Itu Aneh' Kata Seorang Pria Tunawisma Pembunuh Ibu dan Anak yang Telah Berbaik Hati Mau Menampungnya

Nieko Octavi Septiana

Editor

Seorang pria tunawisma cukup beruntung bisa bertemu keluarga baik yang mau menampungnya, tapi setelah tinggal bersama, ia justru membunuh mereka.
Seorang pria tunawisma cukup beruntung bisa bertemu keluarga baik yang mau menampungnya, tapi setelah tinggal bersama, ia justru membunuh mereka.

Intisari-Online.Com -Berbagai masalah yang muncul dalam hidup terkadang membuat seseorang harus berakhir di jalanan.

Tak terkecuali di Amerika Serikat, meski berstatus sebagai negara maju, banyak orang-orang di Negara Paman Sam tersebut yang hidup dengan tak layak.

Namun salah satu tunawisma di sana beruntung karena ada keluarga yang menampungnya dan menganggapnya seperti keluarga.

Sang tunawisma sangat berterima kasih, tapi dia merasa keluarga itu ‘aneh’ lalu membunuh ibu dan anak dari keluarga yang telah berbaik hati membantunya.

Baca Juga: Bikin Teringat Pada Mantan Suami, Ibu dan Pacar Lesbinya Mutilasi Organ Intim Putranya Sebelum Membunuhnya

Melansir dari Life Daily, Setelah meninggalkan Rumah Sakit Keamanan Minnesota di St. Peter, William mendapati dirinya benar-benar tersesat.

Dia menganggur, hidup di jalanan, dan ibunya sendiri bahkan tidak berbicara dengannya setelah insiden di mana dia memukulnya.

William berada di titik terendah sepanjang masa dan merasa tak punya tempat di dunia.

William sendiri adalah seseorang dengan gangguan kesehatan mental.

Hidupnya penuh perjuangan karena kondisinya tak stabil, ia sulit bergaul dengan orang-orang dan tak bisa mempertahankan pekerjaannya.

Baca Juga: Memberi Pria Tunawisma Oreo Berisi Pasta Gigi, Youtuber Ini Malah Bilang 'Membantunya Membersihkan Gigi Karena Dia Miskin'

Kembali pada 2016, William secara resmi didiagnosis dengan sakit mental setelah tak mampu mengendalikan dorongan kuat untuk meninju ibunya sendiri dan mengancam akan membunuhnya.

Evaluasi psikolog mencatat bahwa William menderita sesuatu yang disebut ‘thought disorder’ atau gangguan pikiran.

Ini berarti kemampuannya dalam mengenali kenyataan dalam beberapa situasi bisa terhalang, bahkan ia juga memiliki kecenderungan untuk melakukan serangan fisik pada orang lain.

Ketika itu William didakwa melakukan kejahatan terhadap ibunya, tapi kasus itu dibatalkan karena kondisi mentalnya.

Setelah didiagnosis menderita skizofrenia, William diberikan obat untuk mengatasi penyakitnya.

Baca Juga: Bukan Cuma Bikin Gemuk, Makanan Berlemak Juga Bisa Sebabkan Gangguan Mental

Ketika itu bulan Juni, ia dirawat di Rumah Sakit Keamanan Minnesota di St. Peter dan rutin minum obat untuk mengatasi penyakitnya.

Namun setelah dibebaskan dari fasilitas kesehatan mental, ia tak lagi minum obat. William kembali ke jalanan pada November 2017.

William bisa dibilang menjadi tunawisma yang beruntung, ketika Dalton dan ibunya, Denise, menemukannya di jalan, mereka tak ragu untuk menjangkau dan membantunya.

Bisa dibilang tipe keluarga McFadzens (keluarga yang membantu William) tak seperti kebanyakan.

Mereka adalah tipe Hippie yang tak memedulikan materialisme, keluarga ini sangat baik dan rendah hati.

Baca Juga: Hidup Serba Mewah Bagai Putri Raja, Anak Jutawan Ini Coba Jadi Gelandangan Selama 3 Hari, Ini yang Didapatnya

Setelah tinggal bersama keluarga baru selama beberapa minggu, semuanya berjalan dengan baik.

Mereka berbelanja, makan, dan menonton film bersama di rumah.

Tapi suatu ketika, pikiran William kembali diserang awan gelap.

William, yang kala itu berusia 21 tahun menyerang keluarga angkatnya dalam peristiwa yang mengejutkan.

Dia membunuh Denise di luar pintu rumah dengan beberapa pukulan menggunakan kunci pipa besar sementara Dalton mengalami nasib yang sama ketika ia tidur di ranjang kamarnya.

Dalam pengakuannya, ia merasa bahwa semuanya menjadi hitam dan tidak ingat apa-apa.

Terlepas dari penyakit mentalnya, William akhirnya tetap ditangkap oleh pihak berwenang untuk mendapat jawaban dari pria itu.

Tapi satu-satunya penjelasan yang bisa ia katakan pada petugas kenapa ia membunuh ibu dan anak itu adalah karena keluarga itu ‘aneh’.

Laporan polisi mencatat bahwa Dalton (21) dan ibunya Denise (42) menjadi korban kekerasan William Hillman yang memukulinya hingga mati.

Dia telah tinggal bersama keluarga itu selama enam minggu dank arena suatu alasan pada suatu malam ia melakukan penyerangan.

Baca Juga: Hidup Menggelandang, Pria Pecandu Narkoba Ini Temukan Cinta Sejati yang Mengubah Hidup Kelamnya

Ketika petugas di tempat kejadian bertanya kepada William apakah dia diancam oleh McFadzens, dia berkata, "Mereka tidak melakukannya."

Menurut pelaku, dia membunuh ibu dan anak itu tanpa alasan lain selain karena mereka aneh.

Selama wawancara, para penyelidik bertanya lagi kepada William mengapa dia melakukan hal yang begitu mengerikan, dia hanya menjawab, “Maaf.Maaf saya melakukannya. "

Krystle Schwartz, seorang teman dari McFadzens, memprakarsai halaman GoFundMe untuk membantu membayar layanan penguburan bagi kedua korban.

Permohonan di situs penggalangan dana itu berbunyi, “Awal 17 April di luar Perham, MN, dua orang hidup tanpa alasan diambil oleh orang lain.

Mereka adalah orang-orang yang paling baik, perhatian, dan pengasih yang akan Anda temui."

Tragisnya, tampaknya selalu orang yang paling baik hati yang mengalami nasib terburuk.

Lanjutan postingan itu menuliskan, “Mereka cukup baik untuk membiarkan seseorang dalam hidup mereka tanpa mengetahui hasil akhirnya.

Mereka tidak kaya dengan cara apa pun berjuang dengan fakta bahwa mereka harus menguburkan seorang ibu dan putranya dengan sedikit atau bahkan tanpa keuangan.

Baca Juga: Sempat Dibebaskan, Seorang Perawat Muda di RS Kembali Ditangkap Setelah Bunuh 8 Bayi dan Mencoba Membunuh 9 Bayi Lainnya

Denise menikah dengan suaminya selama lebih dari 20 tahun dan ini sangat sulit bagi suaminya, Mark, dan anak-anak yang masih hidup di sana."

Karena fakta bahwa baik polisi maupun profesional kesehatan mental tidak yakin apakahWilliam dalam keadaan 'normal'ketika melakukan pembunuhan, maka mereka menghukumnya untuk sementara waktu, sebuah proses yang tidak jelas.

Oleh karena itu, masih harus dilihat apakah dia akan diadili di pengadilan standar atau akan dituntut berdasarkan undang-undang kesehatan mental.

Artikel Terkait