Meskipun aksi demo yang dilakukannya tak membuat ada nyawa yang melayang, aparatberupaya untuk memaksakan bentuk hukuman mati yang paling keras, yang dapat mencakup penyaliban atau pemotongan setelah eksekusi dengan argumen bahwa aksi yang dilakukan Qureiris adalah 'penaburan hasutan' dan akan dituntut hukuman terburuk, menurut interpretasi ketat kerajaan tersebut terhadap hukum Syariah Islam.
Keluarga Qureiris yang lain juga berhadapan dengan hukum, saudara lelakinya yang lain juga telah dipenjarasementara ayahnya ditahan tahun lalu, menurut aktivis.
Baca Juga: Diduga Terinspirasi Film James Bond, Kim Jong Un Eksekusi Seorang Ajudan dengan Melemparnya Ke Tangki Berisi Piranha
Pengakuan yang diekstraksi
Pada tahun 2016, Kelompok Kerja PBB untuk Penahanan Sewenang-wenang membahas kasus seorang remaja Saudi yang dipenjara yang tidak disebutkan namanya, namun menurut data, kasus itu merujuk pada Qureiris.
Kelompok Kerja PBB mengatakan pada November 2016 bahwa mereka percaya bahwa anak di bawah umur telah disiksa, pengakuannya “diambil” dan bahwa penangkapannya sewenang-wenang.Ia juga mengatakan bahwa penahanan itu melanggar norma-norma internasional.
Kelompok Kerja PBB mengatakan, anak di bawah umur itu kemungkinan ditahan sehubungan dengan "partisipasinya dalam demonstrasi damai yang menyerukan keadilan bagi sejumlah pemrotes yang tewas dan dalam sebuah pemakaman."
Protes yang 'wajar'
Jika Arab Saudi menjatuhkan hukuman mati pada Qureiris, ia akan bergabung dengan setidaknya tiga tahanan lain yang dieksekusi tahun ini karena kejahatan yang diduga dilakukan sebelum usia 18 tahun.
Abdulkareem al-Hawaj, Mujtaba al-Sweikat dan Salman Qureish adalah bagian dari eksekusi massal 37 orang, yang sebagian besar adalah Syiah.
Ketiganya ditangkap karena kekerasan yang menurut pemerintah dilakukan selama protes sekitar waktu Musim Semi Arab. Protes ini sendiri merupakan sebuah unjuk rasa yang wajar yang dikenal Arab Spring, serangkaian arus massa di negeri Timur Tengah untuk menuntut demokratisasi, jaminan atas hak asasi manusia, perbaikan ekonomi, serta peniadaan sekterianisme.
Tetapi jaksa penuntut sangat bergantung pada pengakuan yang dikatakan para tahanan diambil dari mereka.Dalam persidangan, mereka mengatakan bahwa mereka disiksa, pengakuan dilakukan di bawah tekanan.
Di Arab Saudi, hukuman mati hanya dapat ditegakkan atas perintah Raja Salman atau wakilnya yang sah, Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Baca Juga: Orang Ini Hanya Perlu Ucapkan 3 Kata untuk Hentikan Demonstrasi Anti-Trump
Demonstran tak berkedok
Dalam salah satu video Murtaja Qureiris yang diperoleh CNN, bocah lelaki itu terlihat berdiri di samping ayahnya yang sedang berbicara di depan kerumunan demonstran.
Sebagian besar demonstran bertopeng.Murtaja dan ayahnya membiarkan wajahnya terlihat, sesuatu yang mungkin membuat keluarga lebih mudah terjerat dalam tindakan keras pemerintah terhadap para aktivis.
"Murtaja (Qureiris) adalah satu-satunya orang yang tidak mengenakan topeng selama protes," kenang aktivis Mohammad Daman."Dan dia selalu bersama ayahnya (Abdullah)."
Dalam rekaman itu, Abdullah mengenakan thobe cokelat yang biasanya diperuntukkan bagi para tetua suku Arab, dan berbicara dalam sebuah megafon sementara pengunjuk rasa lain memegang Al-Quran di atas kepalanya.
"Kami berjanji kepada para martir bahwa kami akan melanjutkan pawai kami," kata Abdullah Qureiris.
Berdiri di sampingnya, Murtaja Qureiris dengan topeng ski di kepalanya, setelah itu menyingkirkannya dari wajahnya.Dia melirik kamera, tersenyum, dan berjalan pergi, tidak menyadari nasib apa yang akan dia hadapi di masa depan.