Intisari-Online.com -Tidak semua pahlawan mengenakan jubah. Seorang mahasiswa di University of Washington menghentikan demonstrasi anti-Trump yang berlokasi di depan perpustakaan kampus itu. Aksi si mahasiswa yang sempat terekam kamera kini viral di internet.
Mahasiswa itu berhasil membubarkan aksi itu hanya dengan tiga kata.
“Ini adalah perpustakaan!”
Kejadian bermula ketika sekelompok kecil demonstran memakai teras perpustakaan sebagai titik aksi. Si pemimpin aksi yang membawa megaphone terdengar begitu lantang menyuarakan berikut protesnya terhadap Presiden AS terbaru itu.
“Siapa yang punya kekuasaan?” tanya pemimpin aksi.
“Kami yang punya kekuasaan!” saut peserta aksi.
“Kekuatan macam apa?”
“Kekuatan rakyat!”
Tapi yel-yel itu mendadak berhenti ketika seorang mahasiswa menghampiri mereka.
“Hey, hey, hey,” katanya, menyela para pengunjuk rasa. “Ini adalah perpustakaan.”
Mahasiswa itu kemudian kembali berkutat dengan diktatnya. Sementara para peserta aksi yang tadinya bersemangat tampak layu. Salah satu pengunjuk rasa terdengar mengatakan sesuatu berbau rasial. “Kembalilah ke Beijing.”
Dalam sekejap, si pemuda itu tiba-tiba menjadi pahlawan. videonya yang diunggah di YouTube telah ditonton lebih dari 430 ribu kali. Sebagian besar mengungkapkan pujiannya.
“Ini adalah pahlawan saya,” tulis salah seorang dengan nama Tiger Lily.
“Orang ini semangat saya,” ujar yang lain.
“Pahlawan Barat,” kata yang lain, sedikit nyinyir.
Pada dasarnya sebagian besar mereka yang mengagumi aksi si pemuda itu tidak keberatan dengan aksi-aksi yang terjadi belakangan ini. Mereka hanya keberatan jika titik aksi itu dipusatkan di sebuah tempat yang disebut dunia dikenal sebagai “kuil keheningan”.
“Jujur, perpustakaan bukan tempat yang pas buat aksi,” tulis Brandon Hudson.
“Protes baik-baik saja dan boleh, tapi siapa … yang protes di perpustakaan?” saut Sensanty.
Selain itu banyak juga yang agak geli dengan ucapan “kembalilah ke Beijing” yang diutarakan salah satu peserta aksi. Ini menjadi paradoks karena para demonstran itu mengritisi Trump yang terkenal diskriminatif.