Advertorial
Intisari-Online.Com -Pada umumnya, setiap perempuan baru akan mengalami pertumbuhan seks sekunder seperti mulai membesarnya ukuran payudara dan menstruasi saat menginjak masa pubertas.
Namun karena suatu alasan, beberapa orang mengalami hal yang berbeda, seperti yang dialami oleh gadis kecil asal Australia.
Sang ibu menceritakan payudara putrinya sudah mulai tumbuh saat ia berusia 2 tahun, mulai mengalami menstruasi pada usia 4 tahun, dan menopause saat 7 tahun.
Dilansir dari Daily Mirror (12/6/2019), seorang ibu menceritakan kepedihan hatinya melihat putri tercintanya mengalami hal seperti itu.
Sang gadis kecil, Emily Dover baru berusia dua tahun ketika payudaranya mulai tumbuh ketika tubuhnya berkembang pesat.
Ketika dia berusia empat tahun dia memulai menstruasi dan hati sang ibu semakin hancur saat putrinya berusia 5 tahun, ia mulai mengalami gejala menopause.
Emily, yang mulai sekolah dasar tahun lalu, menjadi sasaran anak-anak pengganggu di tempat penitipan anak.Ibunya, Tam berusaha membuat kehidupan putrinya senormal mungkin.
Namun, berat badannya yang mencapai 60 kg, tetap memperlihatkan bahwa ada hal yang berbeda pada dirinya.
Emilytelah didiagnosis menderita penyakit Addison, yang mengharuskannya menjalani tes DNA dan genetika secara teratur.
"Ini memilukan, saya tidak bisa membeli pakaian normalnya karena payudaranya. Dia lebih seperti berusia 17 tahun," kata Tam dalam wawancara majalahIt's Your Day.
"Kadang-kadang dia bertanya mengapa dia memiliki perut (besar) dan mengapa payudaranya begitu besar dan kami memberitahunya bahwa dia adalah gadis kecil khusus kami dan bahwa setiap orang berbeda dan unik dengan cara mereka sendiri dan itu tidak masalah."
Tam yang berasal dari Central Coast, New South Wales, sebelumnya mengatakan kepadaMirror Onlinebahwa pada usia 4 tahun, rambut-rambut halus tumbuh di dahi, punggung, serta vagina Emily.
Sekarang, dia menghadapimenopause, serta efek samping yang sama seperti menopause pada wanita tua, seringkali menyusahkan.
Tam mengakui Emily mengetahui bahwa dia berbeda dengan anak seusianya, namun yang membuat pilu adalah ia tak mengerti kenapa.
Tam mengisahkan, pada 2017 Emily mulai menstruasi. Emily ketika itu menjadi kesulitan untuk mandi, ia berpikir telah buang air besar di celana dalamnya.
Karena hal itu, Emily seperti tak punya kesempatan untuk menjadi gadis kecil, ia harus belajar cara memakai pembalut.
Tiap mengalami menstruasi, Emily akan berjalan ke ibu dan ayahnya, Matt, memberi tahu mereka bahwa ia berdarah.
"Sulit menjelaskan padanya apa yang sedang terjadi," kata Tam."Dia tahu dia berbeda, dia tahu dia jauh lebih besar daripada anak-anak lain.Dia sangat sadar akan tubuhnya."
Tam dan Matt juga akan bereaksi dengan hati-hati karena mengetahui Emily sangat mengerti dia berbeda.
"Aku tidak ingin dia takut dengan apa yang terjadi," kata ibu empat anak itu.
Emily lagir dengan sempurna meski ukuran tubuhnya lebih kecil dari saudara kandungnya saat lahir. Tapi setelah hanya satu minggu, segalanya berubah menjadi lebih buruk.Dia menjadi gelisah, mulai menangis kesakitan dan sulit tidur.
Dia juga mulai tumbuh dengan cepat.Pada usia empat bulan, dia seukuran anak berusia satu tahun.Pada usia dua tahun, payudaranya mulai berkembang dan bau badannya mulai kuat.
Dua tahun kemudian, dia mulai menstruasi.Dia akhirnya didiagnosis dengan penyakit Addison setelah bertahun-tahun melakukan perjalanan dan tes dokter.
Kelainan itu berarti kelenjar adrenalinnya tidak menghasilkan hormon steroid yang cukup.Anak itu juga memiliki pubertas dini sebelum waktunya.
Pada usia empat minggu, Emily tumbuh 4cm hanya dalam tujuh hari. Sebelum diketahui dia menderita penyakit Addison, dokter mengatakan kemungkinan pertumbuhan itu karena genetik, mengingat Tam dan Matt bertubuh tinggi.
Namun, pada usia empat bulan, dia seukuran anak berusia satu tahun.
"Dia terus tumbuh, pada usia empat bulan, kami mendandaninya dengan pakaian untuk bayi berusia 12 hingga 18 bulan," kata Tam.
"Pada usia dua tahun, Emily memiliki kuncup payudara dan bau badan, dan ruam di kulitnya sejak lahir yang sekarang didiagnosis sebagai jerawat kistik."
Setelah beberapa diagnosis yang belum menemukan hasil nyata, keluarga itu dirujuk ke Unit Perawatan Akut Anak di Rumah Sakit Wyong.
Baca Juga: Katanya Anak Pengidap Down Syndrome Kemampuan Intelektualnya Rendah, Cek Dulu Fakta-faktanya
Di sana, serangkaian tes dijalankantermasuk tes kadar hormon seolah-olah dia seorang wanita hamil, menurut ibunya.
"Emily saat itu berusia 3 tahun, dia memiliki kuncup payudara, strega di kakinya, rambut tubuh berlebih, dan jerawat," kata Tam.
"Ada yang salah dengan gadis kecil kami."
Dia melanjutkan, "Akhirnya, mereka melakukan tes panjang yang melibatkan anak perempuan kami perlu dibius, karenaperlu pengambilan darah menarik dan proses itu menyebabkan tubuh kecilnya mengalami stres sehingga ia cenderung masuk ke Krisis Adrenal yang mengancam jiwa."
Terlepas dari tes, kondisi Emily dilaporkan sangat kompleks sehingga petugas medis tidak dapat memberikan jawaban yang pasti bagaimana cara yang tepat untuk merawatnya..
Saat usia lima tahun dia mulai perawatan terapi penggantian hormon yaitu suntikan tiga bulanan yang melemparnya pada gejala menopause.
Baca Juga: Ribuan Benjolan Selimuti Tubuh Pasangan Bahagia Ini, Kenali Kelainan Neurofibromatosis
Dia sebelumnya menambahkan bahwa putrinya secara teratur menderita pertumbuhan tulang yang sangat menyakitkan, payudara yang sakit dan gatal dan masalah sensorik.
Beberapa hari, dia bangun dengan pembengkakan di pergelangan tangan dan kakinya.
Namun Tam mengatakan bahwa Emily sangat istimewa, dia mengetahui ada perbedaan tapi dia tetap gembira dan mengatakan suatu saat suntikan hormon dapat membuat kondisinya seperti anak-anak yang lain.
"Terlepas dari segalanya, dia sangat senang, dia benar-benar istimewa," katanya.
Walau begitu, sebagai ibu, Tam tetap merasa khawatir, karena anaknya diganggu, ia juga memikirkan bagaimana ia akan sekolah nantinya.
"Ada begitu banyak aspek dalam hidupnya, dia terlalu muda untuk benar-benar sadar bahwa itu akan berdampak padanya," kata Tam.
"Dampak itu akan terjadi ketika dia mulai sekolah tahun depan, dan harus menghadapi menjadi anak yang sangat berbeda dengan orang lain."
Sang ibu berharap bahwa keluarga lain yang mengalami situasi serupa mungkin dapat belajar dari kisah putrinya.