Untuk satu pertanyaan, klien dipersilakan mengambil satu kartu. Kalau belum puas, petarot akan menyuruh mengambil lagi.
Begitu seterusnya, klien punya kesempatan bertanya hingga kartu habis. Apabila dalam beberapa pertanyaan klien sudah puas, konsultasi pun selesai. Tak soal kartu habis atau tidak.
"Yang paling penting, klien puas," tegas lulusan Master of Bisnis Administration dari Universitas Pennsylavia ini.
Kepuasan klien memang jadi prioritas. Kelima petarot tersebut tidak ingin mempermainkan orang yang tengah punya masalah.
"Saya memberi jawaban apa adanya. Sebisa mungkin orang melihat masalahnya jadi mudah. Jadi ia tidak perlu datang berkali-kali untuk konsultasi masalah yang sama," aku Vincent Liong.
Walau dipercaya sebagai sebuah solusi dan ramalan, jawaban kartu tarot hanya sebuah kecenderungan saja.
Tarot tak dapat memberikan jawaban yang bersifat mutlak. Sebab tarot digunakan bukan untuk meramal, sebagaimana orang mengetahuinya hingga kini.
Yang betul, tarot digunakan untuk membantu kita memahami dan merenungkan suatu permasalahan yang kadang kala tidak dapat diselesaikan secara logis/mengandalkan penalaran.
Dengan perenungan tersebut bertujuan agar seseorang mampu menganalisa permasalahan untuk memperoleh solusi-solusi terbaik.
Leo kurang setuju apa yang diberikan kepada kliennya merupakan sugesti.
"Bagi saya tepatnya pilihan. Semua nilai-nilai positif pada beberapa peluang di masa datang saya beberkan, tinggal yang bersangkutan memilih yang mana.”
“Jadi kalau ia sukses, itu berkat konsekuensi pilihan yang ia pilih sebelumnya.”
“Kalau masih bingung, saya bantu lagi sampai si penanya puas.”
“Intinya, saya arahkan agar penanya fokus pada pilihannya," ujar Leo, lulusan Jurusan Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini.
Artinya pula, jawaban yang ia berikan tidak bersifat mutlak. Semua bisa berubah jika manusia inginmengubahnya.
"Jika yang saya lihat tidak menyenangkan, maka besar kemungkinan gambaran itu tidak terjadi jika klien saya mau mengubah nasibnya lewat usahanya sendiri.”
“Manusia bisa menghindari nasib dan membuat nasib baiknya," terangnya. (Agus Surono)
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR