Riki mulai berlari untuk meraih medali pada November 2017. Itu menjadi satu-satunya medali di 2017. Tahun berikutnya, 2018, ia berhasil mengumpulkan 42 medali. Untuk tahun ini, ia menargetkan 52 medali. Atau satu minggu satu medali kira-kira. Per awal April 2019 sudah terkumpul 18 medali.
Baca Juga: Berlari dengan Sepatu versus Tanpa Alas Kaki, Mana yang Lebih Baik?
Lewat pesan WhatsApp, ia melampirkan rencana lomba lari yang bakal diikutinya. Sebagian sudah mendaftar, sebagian masih rencana. Sebagian pula virtual run. Dalam arti larinya bisa di mana saja, dalam rentang waktu tertentu, dan hasilnya kemudian dikirim ke pihak penyelenggara. Dari situ medali akan dikirim.
Ditambah dengan berenang selama 30 menit nonstop seminggu sekali dan diet keto, Riki pun bisa menurunkan berat badannya sekaligus mengendalikan kadar gula darahnya.
Pada 2016 berat badannya 103 kg, tensi 170-an/120-an mmHg, kadar gula darah puasa mednekati 400, lever penuh lemah, ginjal bocor, dan jantung membesar. Kini, kondisi sebaliknya yang terjadi. Berat badan 77 kg, tensi 120-an/80-an mmHg, kadar gula darah puasa 100-an, lemak di lever tinggal dikit, dan pembengkakan jantung mengecil. “Hanya ginjal yang masih bocor,” kata Riki.
Saat ditanya apa yang membuatnya termotivasi untuk setia berlari, pria asal Sumatra Utara ini hanya berujar, “Pilihannya cuma diet atau die.”
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | T. Tjahjo Widyasmoro |
KOMENTAR