Advertorial
Intisari-Online.com -Kasus penyalahgunaan narkoba yang menjerat aktor Steve Emmanuel terus bergulir di persidangan.
Dalam persidangan terakhir, Kamis (23/5/2019), Steve menghadirkan Andi Soraya dan Indra Bruggman sebagai saksi untuk membelanya.
Steve memang tengah berjuang mati-matian untuk melakukan pembelaan setelah dirinya dituntut hukuman mati.
Tuntutan tersebut muncul karena Steve ditangkap dengan kokain seberat 92,04 gram di kondominium Kintamani, Jakarta Selatan (21/12/2018).
Rasanya wajar jika Steve berjuang mati-matian demi terhindar dari hukuman mati. Apalagi, eksekusi mati sendiri kerap terlihat begitu mengerikan saat dilakukan.
Namun, di balik situasi mengerikan, juga menegangkan, tersebut, ada satu hal yang kerap teringat dalam eksekusi mati.
Hal yang dimaksud adalah kata-kata terakhir yang terucap dari terpidana mati, tepat sebelum nyawanya direnggut oleh algojo.
Beberapa di antaranya malah dianggap sebagai kata-kata terakhir paling populer sebelum eksekusi mati dilakukan. Berikut ini lima diantaranya seperti dilansir dari kompas.com:
1. George Appel
Pada 1928, terdakwa pembunuhan bernama George Appel diputus pengadilan menjalani eksekusi mati di kursi listrik. Eksekusi itu dilakukan di New York, Amerika Serikat.
Dia divonis hukuman mati karena telah membunuh polisi Kota New York. Sebelum dieksekusi, dia memberikan pesan terakhirnya kepada petugas:
"Nah, tuan-tuan, Anda akan melihat Appel yang dipanggang".
Setelah itu, dia juga mengucapkan pesan terakhir lain, yakni:
"Semua wanita suka Appel yang dipanggang," dan dilanjutkan... "Sialan, tidak ada pemadaman listrik."
2. Ted Bundy
Pada malam sebelum Ted Bundy dieksekusi, ia menghabiskan waktunya menangis dan berdoa. Pada pukul 07.00 pagi, 24 Januari 1989, Bundy diikat ke kursi listrik di penjara Negara Bagian Starke di Florida.
Sebelum eksekusi, Ted berbicara dengan pengacaranya, Jim Coleman. Dia juga berbincang dengan Fred Lawrence, seorang pendeta yang menghabiskan malam itu dalam doa bersama Bundy.
Kemudian, Inspektur Tom Barton bertanya kepada Bundy apakah dia punya kata-kata terakhir. Pembunuh berantai ini menjawab:
"Jim dan Fred, aku ingin kamu memberikan cintaku kepada keluarga dan teman-temanku."
Sebelumnya, pria bernama lengkap Theodore Robert Bundy ini membunuh 30 perempuan, berdasarkan pengakuannya, selama 1974 hingga 1979 di Washington, Utah, Colorado, dan Florida.
Namun, total korbannya diperkirakan di atas 100 orang, yang diduga semuanya perempuan.
Baca Juga: Steve Emmanuel Terjerat Barang Haram Ini, Nyatanya Kompeni Dulu Pernah Melegalkan Madat di Indonesia
3. John Wayne Gacy
Terdakwa pemerkosa berantai dan pembunuh John Wayne Gacy dieksekusi di Stateville Penitentiary di Illinois, AS dengan suntikan mematikan tepat tengah malam pada 10 Mei 1994.Ketika ditanya apakah dia memiliki kata-kata terakhir, Gacy mengucapkan:
"Cium pantatku."
John Wayne Gacy dihukum karena pemerkosaan dan pembunuhan 33 orang antara 1972 hingga tahun penangkapannya pada 1978.
Dia dikenal sebagai badut pembunuh, karena setiap melakukan aksinya dia menggunakan setelan badut dan penuh riasan di wajahnya.
4. Gary Gilmore
Pada 17 Januari 1977, terpidana bernama Gary Gilmore menjalani hukuman mati. Sebelum hukuman itu terealisasi, dia berkata kepada regu penembak:
"Ayo lakukan!"
Kemudian, setelah tudung hitam ditempatkan di atas kepalanya dia mengatakan
"Tuhan bersamamu."
Gary Mark Gilmore dihukum karena telah membunuh seorang manajer motel di Provo, Utah. Dia juga didakwa dengan pembunuhan seorang pegawai pompa bensin sehari sebelum pembunuhan motel.
Gilmore merupakan orang pertama yang dieksekusi secara legal di Amerika Serikat sejak 1967. Dia menyumbangkan organnya dan tak lama setelah dia dieksekusi, dua orang menerima kornea matanya.
5. Jimmy Glass
Pada 12 Juni 1987, seorang terdakwa pembunuhan bernama Jimny Glass menjalani hukuman mati dengan disetrum listrik. Dia mendapatkan hukuman itu karena melakukan perampokan dan pembunuhan sepasang warga Louisiana saat malam Natal.
Sebelum algojo mengeksekusinya, dia sempat mengatakan:
"Aku lebih suka memancing."
Jimmy Glass terkenal bukan saja karena pembunuhan itu, tetapi karena membuat petisi ke Mahkamah Agung pada 1985 yang mengkritik hukuman mati dengan cara setrum.
Dia mengatakan bahwa eksekusi dengan listrik melanggar Amandemen Kedelapan dan Keempat Belas terhadap Konstitusi AS, dan bentuk hukuman kejam.
Namun, Mahkamah Agung menolak petisi itu.
Baca Juga: Terancam Hukuman Mati, Steve Emmanuel Diduga 10 Tahun Terlibat Jaringan Narkoba Internasional