Advertorial
Intisari-online.com - Makan kuliner ekstrim mungkin menyenangkan bagi sebagian orang.
Namun, di balik itu semua, Anda perlu mempertimbangkan ulang, karena makanan ekstrim sebagian tidak terdaftar dalam saran uji kesehatan.
Beberapa di antaranya juga memiliki kandungan gizi buruk, rawan penyakit, hingga mengandung bakteri yang bisa membahayakan manusia.
Seperti halnya kisah berikut ini melansir dari Vice, Jumat (10/5/2019), pasangan etnik Kazakh yang tinggal di kota Tsagaannurr, perbatasan Mongolia dan Rusia ini membuat geger satu desa.
Baca Juga : Lebih Romantis dari Film Dilan, Kisah Istri yang Setia Rawat Suami Lumpuh Ini Bikin Orang-orang Tersentuh
Kisahnya berawal ketika mereka makan daging marmut mentah, namun justru berakhir tewas setelahnya.
Menurut keterangan, pasangan suami istri (pasutri) ini meninggal karena kegagalan banyak organ di tubuhnya. Mereka secara anumerta didiagnosis memiliki penyakit pes.
Sementara itu, menurut keyakinan orang Mongolia, makan jeroan binatang seperti itu adalah baik bagi kesehatan, namun siapa sangka hewan tersebut mudah terinfeksi oleh bakteri.
Setelah pasangan tersebut meninggal, tanggal 1 Mei, seluruh kota mendadak harus dikarantina dari daerah tempat tinggal pasutri tersebut.
Baca Juga : Mengenal Geopatogen, ‘Hantu Penunggu’ dan 'si Biang Penyakit' yang Efeknya Setara dengan Radiasi Chernobyl
Termasuk penduduk kota, pekerja perawatan kesehatan dan beberapa lainnya, karena berisiko terkena penyakit serupa.
Hal itu terjadi karena diyakini mereka telah melakukan kontak dengan pasangan tersebut, termasuk ketika pemakaman, mereka diisolasi dan diberikan obat antibiotik pencegahan.
Juga 28 orang asing dari Swiss, Swedia, Kazakhstan dan Korea Selatan, dikarantina di dekat perbatasan tempat lelaki tersebut bekerja.
Sementara 1.300 penduduk juga sebagian besar memiliki akses terbatas.
Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!
"Usai dikarantina, tidak banyak orang bahkan penduduk setempat berada di jalan-jalan karena takut terserang penyakit ini," kata seorang relawan sebastian Pique.
Keputusan untuk menempatkan karantina terjadi setelah para pejabat khawatir bahwa suami dan istrinya tersebut membawa kasus wabah pneumonia yang mudah ditularkan ke orang lain, termasuk melalui udara, kata Ariuntuya Orchipurev dari WHO.
Menurut Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, gejala septekemia atau penyakit pes meliputi demam, menggigil, kelemahan ekstrem, sakit perut, syok dan pendarahan kulit serta organ lainnya.
Wabah ini juga menjadi penyebab kematian hitam yang menghancurkan jutaan orang pada Abad Pertengahan dan merengut 60 persen pupulasi Eropa, dengan jumlah korban menjadi 200 jiwa.
Baca Juga : Tak Punya Anggota Laki-laki, Cara Perempuan Suku Pedalaman Amazon Ini untuk Bisa Hamil Sungguh Mengejutkan
Setelah hampir 50.000 kasus manusia selama dua dekade, menurut WHO, penyakit ini muncul kembali dan sangat menakutkan, bahwa setidaknya ada 9 kasus yang dilaporkan antara 1989 hingga 2010.
Dengan semua korban mengkonfirmasi pemaparan terhadap marmut, pasangan ini dikatakan telah makan ginjal, kantung empedu, dan hati marmut karena percaya pengobatan tradisonal.
Pemerintah Mongolia mencabut karantina selama enam hari mulai 1-6 Mei setelah dilaporkan tidak ada lagi kasus kematian.