Seperti tempe besengek, nasi thiwul, cabuk, atau sego bancakan.
Untuk melakukan transaksi di Pasar Dhoplang, pengunjung menggunakan uang koin kayu yang sebelumnya ditukarkan dengan uang asli.
Harga-harga makanan pun cukup murah, hanya berkisar Rp 1.000 - Rp 5.000 per porsi.
Baca Juga : Resto Sambara Melestarikan Makanan Tradisional Sunda yang Terlupakan, Suananya Sunda Banget
Meskipun tanpa plastik, untuk Anda yang tidak ingin kerepotan membawa bungkusan sebagai oleh-oleh, Pasar Dhoplang juga menyediakan alternatif pengganti plastik berupa tas kain yang sudah disablon dengan label Pasar Dhoplang yang bisa dibeli seharga Rp 5.000.
Pasar Dhoplang hanya buka setiap hari Minggu dari pukul 06.00-09.00. Saking murah dan uniknya pasar ini, tak heran kalau Pasar Dhoplang selalu dipadati pengunjung.
Karena itu sangat disarankan untuk berkunjung ke pasar ini sepagi mungkin.
Baca Juga : Ganjar Anjurkan Warganya Makan Tiwul Jika Kehabisan Beras: Ini Perbandingan Kandungan Gizi Tiwul dan Beras
Menurut Lilis sebagai inisiator Pasar Dhoplang, pasar unik di Wonogiri ini pada awalnya bermula dari para ibu-ibu yang sedang melakukan kegiatan dasa wisma.
Awalnya hanya sekitar 11 pedagang, kini ada sekitar 70-an pedagang di Pasar Dhoplang Wonogiri. (Nur Rohmi Aida)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Haram" Bungkusan Plastik di Pasar Dhoplang Wonogiri"
Baca Juga : Pantai Nampu Wonogiri, Keindahan yang Tersembunyi
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Katharina Tatik |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR