Advertorial

Di Pasar Dhoplang Wonogiri, Bungkusan Plastik 'Diharamkan', Ini Gantinya!

K. Tatik Wardayati
,
Ade S

Tim Redaksi

Mencari makanan khas tradisional Wonogiri yang sudah sulit ditemui? Berwisata kuliner saja di Pasar Dhoplang Wonogiri.
Mencari makanan khas tradisional Wonogiri yang sudah sulit ditemui? Berwisata kuliner saja di Pasar Dhoplang Wonogiri.

Intisari-Online.com – Di tengah maraknya teknologi, makanan tradisional memiliki tempat tersendiri, apalagi kini tengah dipopulerkan lagi.

Termasuk daerah Wonogiri Jawa Tengah yang memiliki aneka macam makanan tradisional, seperti cabuk atau thiwul.

Sayangnya, makanan tradisional tersebut sudah sulit kita temui, apalagi di kota besarnya.

Baca Juga : Selain Enak, 3 Makanan Tradisional Ini Punya Manfaat Kesehatan, Salah Satunya Gado-gado

Jangan menyerah, Anda bisa berwisata kuliner khas Wonogiri di Pasar Dhoplang.

Tak hanya wisata kuliner, Anda juga bisa belajar bahasa Jawa karena diharapkan semua pengunjung harus berbahasa Jawa saat bertransaksi.

Uniknya, di pasar ini plastik diharamkan. Pedagang menggunakan daun jati atau pisang sebagai pembungkus makanan.

Baca Juga : Nikmat dan Menggoda, Inilah 5 Makanan Tradisional Bhutan yang Patut Dicoba Saat Berkunjung ke Sana

Pasar Dhoplang berlokasi di Kampung Kembar, Desa Pandan Slogohimo, Wonogiri.

Di pasar ini, jika ingin menikmati jajanan, pengunjung bisa duduk-duduk di atas tikar yang telah digelar di antara pohon jati yang membentang sekitar 1.300 meter persegi.

Asyiknya, setiap kali datang, pengunjung diwajibkan untuk menggunakan bahasa Jawa. Sehingga rasanya pasar ini pas untuk digunakan sebagai tempat belajar bahasa Jawa.

Baca Juga : Wisata Kuliner 5 Mie Ayam Paling Enak di Yogyakarta

Selain bahasa, para pedagang menggunakan pakaian Jawa tradisional seperti kebaya, jarik dan lurik.

Hal ini dimaksudkan supaya Pasar Dhoplang bisa ikut menjaga kebudayaan Jawa tetap lestari.

Selain lokasinya yang asik karena berada di antara naungan pepohonan, di Pasar Dhoplang pengunjung bisa pula membeli aneka rupa makanan yang sudah sangat jarang ditemukan.

Baca Juga : Di Balik Pernikahannya yang Viral, Begini Perjuangan Bule Selandia Baru yang Menikahi Wanita Asal Wonogiri

Seperti tempe besengek, nasi thiwul, cabuk, atau sego bancakan.

Untuk melakukan transaksi di Pasar Dhoplang, pengunjung menggunakan uang koin kayu yang sebelumnya ditukarkan dengan uang asli.

Harga-harga makanan pun cukup murah, hanya berkisar Rp 1.000 - Rp 5.000 per porsi.

Baca Juga : Resto Sambara Melestarikan Makanan Tradisional Sunda yang Terlupakan, Suananya Sunda Banget

Meskipun tanpa plastik, untuk Anda yang tidak ingin kerepotan membawa bungkusan sebagai oleh-oleh, Pasar Dhoplang juga menyediakan alternatif pengganti plastik berupa tas kain yang sudah disablon dengan label Pasar Dhoplang yang bisa dibeli seharga Rp 5.000.

Pasar Dhoplang hanya buka setiap hari Minggu dari pukul 06.00-09.00. Saking murah dan uniknya pasar ini, tak heran kalau Pasar Dhoplang selalu dipadati pengunjung.

Karena itu sangat disarankan untuk berkunjung ke pasar ini sepagi mungkin.

Baca Juga : Ganjar Anjurkan Warganya Makan Tiwul Jika Kehabisan Beras: Ini Perbandingan Kandungan Gizi Tiwul dan Beras

Menurut Lilis sebagai inisiator Pasar Dhoplang, pasar unik di Wonogiri ini pada awalnya bermula dari para ibu-ibu yang sedang melakukan kegiatan dasa wisma.

Awalnya hanya sekitar 11 pedagang, kini ada sekitar 70-an pedagang di Pasar Dhoplang Wonogiri. (Nur Rohmi Aida)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Haram" Bungkusan Plastik di Pasar Dhoplang Wonogiri"

Baca Juga : Pantai Nampu Wonogiri, Keindahan yang Tersembunyi

Artikel Terkait