Intisari-online.com - Pada hari ini 1 Mei atau lebih dikenal dengan sebutan Mayday yang menjadi perayaan hari buruh Internasional.
Banyak negara-negara merayakan hari buruh,.
Namun tak sedikit di antara mereka yang mengetahui sisi kelam di balik perayaan ini.
Kisahnya berawal dari Amerika, tepatnya abad ke-19 ketika kelas pekerja dipaksa untuk bekerja secara terus menenerus dari 10 hingga 16 jam kerja sehari.
Baca Juga : Jengah Dengan Pencurian Ikan, Menteri Susi Minta Kapal Pencuri Ikan Tak Dilelang, Tapi Dimusnahkan
Kematian dan cedera adalah hal biasa yang banyak terjadi di tempat kerja, yang mengilhami buku-buku klasik semacam Upton Sinclair's The Jungle dan Jack Iron's.
Pada awal 1860-an para buruh dan kelas pekerja yang resah mencoba untuk memperpendek jam kerja mereka tanpa ada pemotongan gaji.
Tetapi pada akhir 1880-an tenaga kerja terorganisir mampu mengumpulkan cukup kekuatan untuk mendeklarasikan hari dan jam kerja menjadi 8 jam per hari.
Proklamasi ini tanpa persetujuan pengusaha, namun dituntut oleh banyak kelas pekerja.
Pada saat itu, fundamental sosialis adalah gagasan yang menarik bagi orang-orang kelas pekerja, banyak di antara mereka yang tertarik pada ideologi kontrol kelas pekerja.
Para pekerja telah melihat secara langsung bahwa kapitalisme hanya menguntungkan bos mereka, sedangkan hak-hak atas kebebasan bekerja mereka terus dikebiri.
Kematian yang sia-sia setiap tahun menjadi dampak yang terjadi setiap tahun, harapan hidup rendan serta kemelaratan bagi mereka.
Sosialisme menawarkan pilihan lain, berbagai organisasi sosialis bermunculan, sepanjang abad ke-19 dari partai politik hingga kelompok paduan suara.
Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!
Source | : | Time,Iww.org,Dazeddigital |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR