Advertorial

Bugar Perlu Olahraga: Cek dengan PAR-Q&You untuk Tahu Kesiapan Anda

Agus Surono
,
T. Tjahjo Widyasmoro

Tim Redaksi

Zaman kiwari, tubuh tak hanya sekadar sehat. Namun juga bugar. Olahraga menjadi salah satu jalan menuju kebugaran. Namun perlu rambu-rambu yang harus kita taati agar tercapai kebugaran itu.
Zaman kiwari, tubuh tak hanya sekadar sehat. Namun juga bugar. Olahraga menjadi salah satu jalan menuju kebugaran. Namun perlu rambu-rambu yang harus kita taati agar tercapai kebugaran itu.

Intisari-Online.com - Di zaman sekarang, tubuh sehat saja belumlah menjamin kehidupan berjalan dengan semestinya.Apalagi mereka yang memiliki aktivitas seabreg dan mobilitas dinamis. Pagi sampai sore kerja, malam masih harus bersosialisasi atau menghadiri acara lain, istirahat sebentar, pagi sudah harus bangun untuk siap-siap ke kantor. Tubuh memerlukan kebugaran untuk menunjang semua aktivitas itu.

Untuk mencapai kebugaran itulah kita perlu olahraga. Menurut dr. Grace Tumbelaka, Sp.KO, kebugaran adalah kemampuan seseorang melakukan kerja sedang sampai berat, tanpa merasa kelelahan berarti. Sesudah itu dapat melakukan pekerjaan rutin lainnya.“Kita menggambarkan sebuah kemampuan seseorang,” kata Grace.

Grace memberikan contoh soal kebugaran ini. Semisal ada dua orang (A dan B. Usia sama. Jenis kelamin sama. Postur mirip. Keduanya disuruh naik tangga sebanyak 100 buah anak tangga. A bisa naik tanpa kesulitan.Terengah-engah sedikit sih, tapi setelah istirahat sebentar bisa menyelesaikan 100 anak tangga itu tanpa masalah.

Sementara B baru 1/3 saja sudah ngos-ngosan. Berhenti dulu lalu lanjut. Tapi kemudian berhenti lagi. Begitu terus sampai 100 anak tangga terdaki.Begitu sampai di atas ia perlu istirahat cukup lama untuk bisa beraktivitas kembali.

Dari kondisi di atas, A bisa dikatakan memiliki tubuh yang lebih bugar dibandingkan dengan B.

Baca Juga : 6 Tips Kebugaran Umum Ini Ternyata Saran yang Buruk, Kok Bisa?

Dua aspek

Apa yang dicontohkan Grace tadi adalah kebugaran secara umum. Kebugaran itu sendiri dibagi menjadi dua aspek besar. Pertama, kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan. Atau yang disebut health related fitness. Kedua, kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan (skill related fitness).

“Yang pertama untuk menunjang kesehatan. Semua orang kriterianya harus baiklah. Apa saja itu? Yang pertama, kebugaran kardiorespirasi.Atau orang bilang daya tahan jantung paru. Atau kapasitas aerobik. Kedua, kekuatan otot. Ketiga, daya tahan otot. Keempat, fleksibilitas tubuh. Kelima, komposisi tubuh,” kata Grace.

Kenapa berhubungan dengan kesehatan? Ambil misal kebugaran kardiorespirasi tadi. Sekarang ini parameternya diukur dengan VO2 max. “Nah, dari penelitian, orang yang VO2 max-nya rendah mempunyai risiko penyakit jantung dan kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang VO2 max-nya tinggi,” tutur dr. Grace.

Kemudian orang yang kebugaran ototnya rendah, artinya kekuatan ototnya kurang. Ia akan rentan cedera. Begitu juga dengan mereka yang fleksibilitasnya kurang, akan mudah merasakan nyeri-nyeri pada tubuhnya. Duduk lama terasa pegal.

Yang terakhir, mengenai komposisi tubuh. Ini merupakan perbandingan antara tinggi badan dan berat badan. Juga perbandingaan antara massa otot dan massa lemak dalam tubuh. Komposisi tubuh yang tidak baik dikenal dengan obesitas, yang “berteman” dengan penyakit jantung dan degeneratif lainnya.

Sementara, skill related fitness wajib dimiliki mereka yang memerlukan fisik dalam pekerjaan atau aktivitasnya. Seperti atlet, tentara, polisi, atau satpam. Mereka harus memiliki kebugaran jenis ini dalam level yang bagus. Misalnya, kelincahan, kecepatan, kecepatan reaksi, dan daya ledak otot.

Baca Juga : Usianya 33 Tahun Tapi Kebugarannya Bak Pemuda 20 Tahun, Ini Rahasia Sehat Cristiano Ronaldo

Perlu pemeriksaan

Paparan di atas tentu menarik. Hanya saja, untuk memulai olahraga, sebaiknya kita periksa ke dokter dulu.Terutama mereka yang berusia 40 ke atas.

Dalam dunia kedokteran ada namanya pemeriksaan prepartisipasi.“Kita periksa kesehatannya, kita periksa apa yang membatasi olahraganya.Kita periksa pula peminatannya. Dari situ kita rangkai olahraganya.‘Oh,Bapak olahraganya yang baik ini. Frekuensi seminggu sekian kali. Intensitas sekian menit.’,” kata Grace sembari menambahkan menu latihan yang akan memacu kebugaran. “Tidak langsung kita kasih mentoknya,” tambah Grace tertawa.

Pemeriksaan prepartisipasi penting supaya orang jangan mudah menyalahkan olahraga sebagai penyebab kasus kematian, misalnya. Grace lalu bercerita ketika aktor Adjie Massaid meninggal beberapa tahun silam.

Kala itu Grace menerima banyak pertanyaan. Intinya, menyalahkan sepakbola di usia kepala 4 lebih sebagai penyebab kematian Adjie Massaid. (Adjie Massaid meninggal di usia 44 tahun usai bermain sepak bola di Lebakbulus, Jakarta Selatan.)

“Bukan sepak bolanya yang salah.Tapi kita harus mengetahui kemampuan kita.Kalau tidak tahu kemampuan kita? Bertanyalah pada ahlinya. Sehingga bisa ditetapkan dosis latihannya,” terang dr. Grace.

Kasus itu bisa dibawa ke ranah lari yang sedang tren saat ini. Adanya korban yang meninggal di lintasan lari tak lantas menjadikan lari sebagai biang keladi.

Grace menjelaskan bahwa (olahraga) larinya sendiri bagus. Untuk meningkatkan kebugaran jantung paru.Yang dikhawatirkan sekarang ini orang tidak sadar diri. Baru selesai Full Marathon (FM), ikut FM lagi. Sekarang sih, oke-oke saja.Tapi suatu saat nanti kita kan tidak tahu. Asal dipahami, pelari elite maraton saja hanya boleh bertanding setahun dua kali. Tubuh perlu waktu pemulihan. Kalau enggak, bisa overtraining.

Selain pemeriksaan prepartisipasi, kita secara mandiri juga bisa mengecek kesiapan kita untuk mulai berolahraga. Ada kuesioner yang dikenal dengan PAR-Q &You, sebuah formulir yang berisi beberapa pertanyaan untuk melihat kesiapan fisik beraktivitas.

Jika semua jawaban adalah tidak, silakan berolahraga. Namun jika ada satu saja (iya, satu saja!) jawaban “Ya”, segera konsultasi dengan dokter. Formulir ini sudah diakui di seluruh dunia.

Sudah siap memanen manfaat olahraga?

Artikel Terkait