Advertorial

Tinggal di Hutan dan Terisolasi dari Dunia Luar, Orang-orang Suku Zoe Jadi yang Paling Bahagia

Masrurroh Ummu Kulsum

Editor

Terisolasi dari dunia, di dalam luasnya hutan yang sangat lebat dan penuh dengan misteri, suku Zoe jadi suku yang paling bahagia.
Terisolasi dari dunia, di dalam luasnya hutan yang sangat lebat dan penuh dengan misteri, suku Zoe jadi suku yang paling bahagia.

Intisari-Online.com – Terisolasi dari dunia, di dalam luasnya hutan yang sangat lebat dan penuh dengan misteri.

Bisa jadi suku Zoe adalah salah satu contoh suku yang memahami betul arti dari kebahagiaan.

Tersembunyi jauh dari kemajuan yang mengancam budaya leluhur mereka, suku Zoe tidak memakai alas kaki.

Sentuhan dan interaksi mereka dengan Bumi seakan tergambar dari hal ini.

Baca Juga : Bill Haast 'Manusia Ular' yang Menyuntikan Racun Ular ke dalam Tubuhnya Selama 60 Tahun Demi Tujuan Mulia

Baca Juga : Make Up-nya Tidak Dihapus Selama 2 Tahun Dokter Temukan Hal Mengejutkan Dari Kulit Wajahnya

Dalam keseharian, mereka hidup dengan tenang dan damai. Berbeda dengan gambaran kehidupan sosial saat ini, terutama ketika mulai tercampur dengan urusan politik.

Mereka selalu bersama dan jauh dari individualisme.

Bahkan kehidupan mereka yang berlangsung di tengah linkungan keras dan tidak bersahabat, tidak membuat mereka menjadi seorang yang keras.

Mereka bahkan berhasil membangung kehidupan yang tenang.

Tidak heran bila mereka mendapat predikat sebagai suku yang paling bahagia dan damai. Mereka juga dikenal dengan keramahan dan perilaku yang menunjukkan kasih sayang.

Hal ini terlihat dari perilaku mereka yang rutin menyentuh dan membelai sebagai rasa hormat dan cinta.

Suku Zoe hidup di dalam hutan amazon, Brasil, di antara tepi sungai erepecuru cuminapanema. Rumah mereka terbuat dari kayu besar dan atap yang terbuat dari jerami serta dedaunan besar.

Satu keluarga yang tinggal di dalam rumah tersebut berbagai fasilitas, seperti kasur gantung yang terbuat dari serat yang di buat oleh para wanita.

Ketika berburu, mereka akan melakukannya secara sendiri-sendiri. Namun bila sumber makanan mereka ini tersedia banyak—monyet, ikan, atau burung—mereka akan berburu secara berkelompok. Tujuannya adalah agar proses berburu menjadi lebih mudah.

Baca Juga : Satu-satunya Penghuni di Kota Ini, Elsie Eiler Menjabat Jadi Walikota, Pustakawan, dan Bartender Sekaligus

Baca Juga : Ini 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui, Bisa Tingkatkan Fungsi Otak Juga Lho!

Suku Zoe memakai sepotong kayu berbentuk kerucut yang dipasang menembus bawah bibir mereka. Kayu tersebut bernama Poturu. Fungsinya adalah untuk mebedakan suku Zoe dengan suku lainnya.

Sejak kecil, antara usia 7 hingga 9 tahun, suku Zoe memasangkan Poturu kepada anak-anaknya. Bahkan Poturu juga akan diganti dengan Poturu yang lebih besar, seiring dengan pertambahan usia mereka.

Tidak berhenti sampai di situ, mereka bahkan mengenakan Poturu hingga embusan nafas terakhir.

Suku Zoe dalam kehidupan sosialnya tidak mengenal adanya pemimpin.

Mereka lebih senang mendengarkan nasihat dari para sesepuh. Sebuah keputusan pun diambil secara bersama-sama.

Walau hidup di hutan belantara Amazon yang gelap dan kejam, tetapi mereka bisa tetap hidup secara bersama-sama dan berdampingan.

Tidak ada kemarahan bahkan perselisihan. Hukumannya berat bila mereka terlibat perselisihan. Mereka harus pergi meninggalkan keluarga dan desa tersebut.

(Loretta Novelia Putri/National Geographic Indonesia)

Artikel ini telah tayang di National Geographic Indonesia dengan judul Suku Zoe, Suku Pedalaman Paling Bahagia Terisolasi dari Dunia Luar

Baca Juga : Singkirkan 3 Benda Penyebab Kanker Ini dari Kamar Anda, Apa Saja Ya?

Baca Juga : 10 Menit Setelah Lepas Landas, Pesawat Ethiopian Airlines yang Mengangkut 157 Orang Jatuh

Artikel Terkait