Advertorial

Melukai Kulit Agar Menyerupai Buaya, Apa Tujuan Suku Chambri di Papua Nugini Ini Melakukan Tradisi Skarifikasi?

Intisari Online
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Penduduk dari suku Chambri di provinsi Sepik Timur, Papua Nugini masih mempraktikan skarifikasi buaya.
Penduduk dari suku Chambri di provinsi Sepik Timur, Papua Nugini masih mempraktikan skarifikasi buaya.

Intisari-Online.com -PenduduksukuChambri di provinsi Sepik Timur,Papua Nuginimasih mempraktikan skarifikasibuaya, inisiasi bagi anak laki-laki yang telah memasuki fase dewasa.

PendudukPapua Nuginisangat memuja hewan reptil ini. Mereka menganggapbuayasebagai hewan spiritual dan simbolis.

Menurut kepercayaansuku Chambri,buayamerupakan pemangsa yang kuat.

Kepercayaan ini diambil dari sebuah mitos kuno yang menceritakan kisah seekorbuayayang berimigrasi dari Sungai Sepik ke darat untuk menjadi manusia.

Baca Juga : Mengenal Suku Tengger, Suku yang Tinggal di Gunung Bromo dan Merupakan Para Pengungsi Kerajaan Majapahit

Bagi anak laki-laki berusia 11 tahun, mereka akan mempertaruhkan hidup untuk mengambil bagian dalam ritual lama yang sudah menjaditradisiturun temurun, sebagaipenghormatan kepadabuaya.

Dalam proses ini, kulit mereka akan dipotong dan dilukai sehingga membentuk sisik seperti kulit buaya.

Pada masa lalu, pemotongan ini menggunakan bambu yang diasah, tetapi saat ini para ketua adat menggunakan pisau silet.

Anaklaki-laki akan dibawa ke "rumah roh" oleh paman mereka dan tinggal di sana selama enam minggu sebelum proses inisiasi dilakukan.

Baca Juga : Inilah Racun yang akan Diserap Mata Anda Jika Sering Menatap Smartphone dalam Kegelapan

Proses skarifikasi ini sendiri berlangsung selama dua jam.

Kulit mereka akan disayat sepanjang 2 cm, dilakukan berulang hingga membentuk pola mengalir di punggung, lengan, dada, dan bokong mereka untuk menampilkan imitasi tubuh buaya.

Prosespemotongan dan penyembuhan akandilakukan berkali-kali agar menghasilkan tanda yangpermanen.

Meski menyakitkan, tetapi anak laki-laki tidak boleh menunjukan rasa sakit selama prosesi ini.

Baca Juga : Terjatuh di Jalan Hingga Otaknya Alami Pendarahan, Secara Ajaib Pria Ini Berhasil Terbangun dari Koma

Tujuannya adalah agar menggambarkan karakter disiplin, fokus, dan dedikasi.

Untuk menghilangkan rasa sakit,mereka hanya mengunyah daun tanaman obat.

Seorang anak laki-laki harus menunjukan kekuatan yang cukup untuk membuktikan bahwa ia adalahseorang laki-laki.

PenduduksukuChambri percaya bahwa dengan menahan rasa sakit yang luar biasadi usia muda, mereka akan lebih siap untuk menahan rasa sakit di kemudian hari.

Baca Juga : Gadis 13 Tahun Ini Harus Menjadi Tulang Punggung dan Merawat 2 Adiknya Usai Ditinggal Minggat Ibunya

Setelahkulit disayat, merekaakan berbaring di dekat api sehingga asap tertiup ke dalam luka.

Kemudian, luka tersebutakandiolesi dengantanah liat dan minyak pohon untuk mencegah infeksi dan memastikan mereka tetap terjaga bahkan setelah mereka sembuh.

Proses upacara tersebut akan selesai ketika anak laki-laki tersebut memakai hiasan kepala dan perhiasan.

Mereka secara resmitelah menjadi laki-laki. Mereka juga dapat mengambil bagian dalam upacarasukubesar. (Nesa Alicia)

Artikel ini pernah tayang dinationalgeographic.grid.id dengan judul "Suku Chambri dan Tradisi Skarifikasi, Melukai Kulit Agar Menyerupai Buaya"

Baca Juga : Terkenal Sangat Disipilin, Ternyata Seperti Inilah Cara Orang Jepang Mendidik Anaknya

Artikel Terkait