Advertorial

Inilah Sederet Perjuangan Rina, Mahasiswi UIN yang Meninggal Setelah Sidang Skripsi lalu Digantikan Ayahnya Saat Wisuda

Intisari Online
,
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Setelah sidang skripsi, kondisi kesehatan Rina menurun drastis. Pihak Rumah Sakit menyatakan Rina meninggal dunia pada 5 Februari 2019.
Setelah sidang skripsi, kondisi kesehatan Rina menurun drastis. Pihak Rumah Sakit menyatakan Rina meninggal dunia pada 5 Februari 2019.

Intisari-Online.com -Bukhari, ayah kandung Rina Muharrami, datang ke acara wisuda untuk mengambil ijazah sarjana milik buah hatinya yang meninggal dunia usai mengikuti sidang skripsi.

Bukhori hanya bisa menahan air mata agar tidak menetes saat melihat rekan-rekan putrinya datang bersama kedua orangtua mereka di gedung Auditorium Ali Hasyimi, UIN Ar’Raniry Banda Aceh, Rabu (27/2/2018).

Seperti diketahui, mahasiswi Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Ar-Raniry Banda Aceh, meninggal dunia karena penyakit tifus.

Berikut ini fakta lengkapnya:

Baca Juga : Inilah Racun yang akan Diserap Mata Anda Jika Sering Menatap Smartphone dalam Kegelapan

1. Didera tifus, Rina selesaikan skripsinya

Setelah sidang skripsi, kondisi kesehatan Rina menurun drastis. Pihak Rumah Sakit Meraxa di Banda Aceh menyatakan Rina Muharam meninggal dunia pada 5 Februari 2019.

Sebelumnya, pada saat proses penelitian dan pembuatan skripsi, putri sulung pasangan Nurbayaini (50) dan Bukhori (65) tersebut terserang gejala tifus.

Namun, Rina tetap terlihat sangat semangat untuk menyelesaikan skripsinya meski dalam keadaan sakit.

“Mungkin dia ingin membuktikan keberhasilannya kepada kami orangtua yang telah susah payah membimbingnya sejak kecil. Walaupun dalam keadaan sakit dia tetap mengerjakan skripsi, kalau tidak sanggup dia bawa motor ke kampus. Dia ajak adiknya untuk antar,” ungkap Bukhori.

2. Rina sempat izin tak akan datang sidang skripsi

Satu hari sebelum jadwal sidang, yaitu pada Kamis (24/1/2019), Rina sempat meminta izin kepada dosen pembimbingnya melalui pesan WhatsApp untuk tidak mengikuti sidang karena sakit.

“Rina minta maaf tidak dapat ikut sidang besok karena sakit, lalu saya balas kepada Rina mohon diusahakan kalau besok sehat agar dapat mengikuti sidang skripsi ke kampus. Yang penting datang saja dulu, nanti saya kondisikan dan beri tahu ke temanmu bahwa kamu sakit,” kata Dr. Sri Suyanta, M.Ag, dosen pembimbing Rina Muharrami saat dihubungi Kompas.com, Jumat (1/3/2019).

Sri Suyanta mengaku baru mengetahui bahwa mahasiswi bimbingan skripsinya itu menderita tifus sehari menjelang sidang skripsi yang telah ditentukan fakultas, yaitu pada 24 Januari.

Baca Juga : Terjatuh di Jalan Hingga Otaknya Alami Pendarahan, Secara Ajaib Pria Ini Berhasil Terbangun dari Koma

3. Rina datang ke sidang skripsi lebih awal

Setelah pihak rumah sakit memberitahu dirinya tidak harus rawat inap, maka Rina memutuskan untuk datang ke sidang keesokan harinya. Rina pun memberi tahu ke dosen pembimbingnya bahwa dirinya tak harus menjalani rawat inap.

“Saya tanya ke Rina bagaimana kondisi sakitnya. Rina bilang, tidak rawat inap dan hari ini juga bisa pulang karena sudah sembuh," ujar Sri.

"Nah 'berarti besok kamu bisa ikut sidang kan', saya tanya. Rina menjawab, 'Insya Allah Pak'.

Lalu saya beri motivasi lagi agar Rina tetap semangat untuk mengikuti sidang besok,” kisah Sri. Lalu pada hari Kamis (24/01/2019), Rina datang satu jam lebih awal dari jadwal sidang yang telah ditentukan.

"Jadwal sidangnya mulai pukul 12.00 WIB, pukul 11.00 WIB, Rina sudah lebih awal menunggu di depan ruangan sidang, kemudian proses sidang berlangsung. Alhamdulillah, Rina selesai dengan hasil yang memuaskan,” tuturnya.

4. Rina beberapa kali hilang konsentrasi saat sidang

Sri Suyanta menyebutkan, saat proses sidang, Rina mampu mempresentasi laporan skripsi dan menjawab pertanyaan penguji dengan baik tanpa ada kendala.

Namun, Rina sempat beberapa kali ditegur oleh dosen penguji karena pandangannya sering kosong. Akan tetapi, saat diajukan pertanyaan, dia mampu menjawab dengan baik dan benar.

“Karena tatapannya sering kosong, Rina sempat beberapa kali ditegur penguji, tapi saat ditanya dia mampu menjawab. Setelah dia ikut sidang, pukul 16.00 WIB, saya keluar. Saya lihat dia masih di depan ruangan menunggu kawannya yang lain selesai sidang," katanya.

Baca Juga : Orangtua Wajib Tahu, Ini Langkah Redakan Tingkah Mengamuk pada Anak

5. Sang ayah mewakili almarhumah hadiri wisuda

Bukhari harus menguatkan diri menggantikan putrinya mengikuti prosesi wisuda yang berlangsung di gedung Auditorium Ali Hasyimi, UIN Ar’Raniry Banda Aceh, Rabu (27/2/2018).

Bukhari tak kuasa menahan air mata kesedihan ketika melihat rekan-rekan putrinya hadir ke wisuda bersama orangtua mereka masing-masing.

“Saat Rina meninggal saya hanya sedih saja, tapi kemarin saya tidak sanggup menahan air mata karena melihat suasana mahasiswa lain yang didampingi orang tua mereka,"ujarnya saat ditemuiKompas.comdi rumahnya di Desa Cot Rumpun, Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar, Kamis (28/2/2019).

"Mungkin inilah kebanggaan yang terakhir dapat saya persembahkan untuk almarhumah untuk ikut menggantikan saat wisuda dan ijazahnya akan menjadi kenang-kenangan bagi kami keluarga untuk selamanya," tambahnya.

(Raja Umar/Michael Hangga Wismabrata)Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Perjuangan di Balik Cerita Mahasiswi UIN yang Meninggal setelah Sidang Skripsi lalu Digantikan Ayah Saat Wisuda"

Artikel Terkait