Meski ditentang, ia tetap memulainya. Dana Rp150.000 miliknya menjadi 5 bento, 4 nasi rame (campuran nasi, chicken katsu, telur, dibubuhi keju mozarella).
Hari demi hari bisnisnya terus berkembang. Padahal posisi rumahnya ada di sudut dan tidak memiliki tetangga.
Hingga memasuki 2018, ia memiliki cabang berupa kedai besar di kawasan Gasibu Bandung. Omzetnya pun tak main-main, lebih dari Rp 90 juta per bulan atau mencapai miliaran per tahun.
Omzet itu di luar bisnisnya yang lain berupa rental mobil dan toko kelapa. Bahkan dalam waktu dekat, ia akan membuka cabang ketiga.
Namun untuk mencapai omzet tersebut, perjuangannya terbilang berat. Selama dua tahun, kehidupannya hanya dari rumah, ke pasar, dan mengantarkan pesanan makanan.
Ia pun mengubur keinginannya sementara waktu untuk berbelanja, jajan, dan lainnya. Selain itu, ia tidak menggunakan dana pinjaman untuk mengembangkan usahanya.
“Selama 2 tahun saya ga beli baju. Tapi karena ada sisa baju (bekas jualan di tokonya), baju saya selalu terlihat baru,” tuturnya.
Rahasia lainnya adalah terus berinovasi dalam produk, jujur, dan memberikan yang terbaik. Misal, ia tidak pernah menstok bahan baku, karena ia ingin memberikan sesuatu yang fresh pada pelanggannya.
Untuk itu, ia berpesan kepada siapapun yang ingin memulai bisnis, jangan menjadikan modal sebagai hambatan. Yang terpenting, mulai saja terlebih dahulu.
“Saya berterima kasih pada Allah karena selalu diberikan rezeki,” katanya.
Saat ini, ia memiliki tekad untuk membantu masyarakat yang ingin berwirausaha. Karena ia sadar, salah satu kunci kesuksesannya saat ini adalah berbagai pelatihan gratis mengenai wirausaha yang kerap diikutinya di Bandung.
(Reni Susanti)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bermodal Rp 150.000, Pemuda Asal Bandung Sukses Bangun Bisnis Beromzet Miliaran".
Baca Juga : Kisah Pemilik Warung Nasi lewat Lubang di SCBD, Omzet Bisa Sampai Rp 3.000.000 Per Hari
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR