Intisari-Online.com – Tumbuh dewasa, saya adalah seorang yang aktif, tetapi itu tidak berarti sehat.
Saya memang tidak gemuk, tetapi saya merasa 'tebal', dan ini membuat saya benar-benar bergumul dengan citra tubuh saya. Inilah kisah yang saya ceritakan pada Prevention.com.
Saya makan roti jagung tradisional dan minum teh manis. Saya merasa gaya hidup saya cukup baik untuk saya, hingga saya mengalami penyakit langka yang merusak saraf di kaki. Kondisi ini membuat saya tidak mungkin berjalan, apalagi berolahraga.
Pada usia 25 tahun saat saya melahirkan anak kedua saya, berat badan saya 99,8 kg. Saya hampir tidak mengenali tubuh saya.
Baca Juga : Jika Diet Keto Tak Kunjung Bikin Berat Badan Turun, Inilah 6 Kesalahan yang Jadi Penyebabnya
Titik balik datang ketika suatu hari saya melihat ke cermin dan benar-benar berkata dengan keras, “Hai wanita, apa sih yang kamu lakukan pada dirimu?”
Saya tidak mengenali diri saya di cermin. Saya seorang penari, tetapi tidak bisa bergerak seperti yang saya inginkan. Dan saya bertanggung jawab atas kesehatan saya yang buruk.
Ketika saya memutuskan untuk menurunkan berat badan, maka saya harus membuang ide tentang piramida makanan. Ternyata makanan yang membuat nyaman berbasis karbohidrat adalah jauh dari sehat.
Saya pun menyingkirkan makanan cepat saji, yang berarti harus lebih banyak memasak di rumah.
Baca Juga : Menghindari Kematian Karena Kebiasaan Makan yang Tidak Benar dengan Diet
Saya meninggalkan Starbucks, permen, sebaliknya, saya fokus pada makanan utuh yang nyata, seperti ayam, sayuran, dan gandum utuh.
Saya juga mengalihkan soda dan fokus terutama pada air putih.
Setelah beberapa bulan, saya berhenti minum alkohol, bersama dengan produk susu, dan tak lama setelah itu, saya memulai puasa berselang.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR