Advertorial
Intisari-Online.com – Judul ini memang bombastis. Namun, orang memang bisa meninggal karena kebiasaan makan yang salah sampai menyebabkan gangguan aterosklerosis.
Bagaimana diet bisa membantu mengurangi risiko itu, berikut tulisan Dr. Andry Hartono, Menghindari Kematian dengan Diet, yang dimuat di Majalah Intisari edisi Desember 1988.
Aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah nadi akibat pengendapan kolesterol dan lemak) pada jantung dapat menimbulkan macam-macam gangguan, mulai dari iskemia miokard (kekurangan suplai darah ke otot jantung) yang merupakan serangan paling ringan, sampai infark miokard (kerusakan otot jantung), yang sering berakibat fatal.
Pada otak, akibat aterosklerosis yang paling ringan berupa iskemia sepintas, sedang yang paling berat berupa stroke, yang terdiri atas trombosis dan perdarahan otak. Akibatnya bisa berupa kelumpuhan dan bisa juga kematian.
Baca Juga : Kardiolog: Diet Keto adalah Ilmu yang Salah, Tingkatkan Risiko Kematian!
Penyebab aterosklerosis
Pola kehidupan di kota-kota besar, berupa makan enak, kerja ringan tetapi sering menderita stress, biasanya dituding sebagai biang keladi kegemukan, kencing manis dan tekanan darah tinggi.
Kegemukan yang mendorong penimbunan lemak, khususnya kolesterol, pada jaringan tubuh (termasuk dinding pembuluh darah), lama-kelamaan bisa menyebabkan aterosklerosis.
Gangguan ini umumnya menyerang orang dan golongan sosial ekonomi menengah ke atas, seperti para pejabat pemerintahan dan pemimpin perusahaan swasta, yang berada di puncak karier dan berumur lebih dari empat puluh tahun.
Baca Juga : Kolesterol Bukan Hanya Sekadar Angka, Apa yang Bisa Dilakukan untuk Menguranginya?
Kolesterol kemudian menjadi momok yang mereka takuti. Mereka mulai menghindari bahan makanan gurih dan manis, yang dianggap mengandung banyak lemak dan kolesterol, tanpa menyadari bahwa kolesterol dalam jumlah yang pas (sekitar 300 mg/hari), sebenarnya justru diperlukan untuk membentuk empedu, vitamin D, hormon anabolik dan selubung mielin saraf dalam tubuh.
Ada yang baik
Secara garis besar, lemak terdiri atas beberapa fraksi, seperti trigliserida, fosfolipid dan kolesterol. Kolesterol sendiri dapat dibagi menjadi dua jenis.
Jenis HDL (High density lipopiotein) yang kerapatannya tinggi dan jenis LDL (Low density lipoprotein) yang kerapatannya rendah. Jenis HDL mampu melarutkan kolesterol yang sudah mengendap pada dinding pembuluh darah dan kemudian mengangkutnya ke hati.
Baca Juga : Lelah dengan Berat Badan 110 Kg, Ibu Dua Anak Ini Jadi Langsing Setelah Mengikuti Tips Diet dari Facebook
Sedangkan LDL justru membawa kolesterol dari hati dan mengendapkannya pada dinding pembuluh darah. Karena itu, HDL sering disebut kolesterol yang baik, sedang LDL kolesterol yang jahat.
Dalam tubuh orang sehat, kadar HDL dalam darah umumnya sekitar 50 mg%, sedangkan kadar LDL sekitar 150 mg%. Jumlah total kolesterol pada orang sehat lazimnya tidak lebih dari 250 mg%.
Diit pencegah arterosklerosis
Pembatasan kolesterol dalam diit sebetulnya hanya sedikit saja pengaruhnya terhadap usaha penurunan kadar kolesterol dalam darah. Sebab, begitu ada penurunan kolesterol, segera tubuh akan membentuk kolesterol sendiri yang baru.
Baca Juga : Jahe, Bawang Putih, dan Madu: Resep Manjur untuk Kolesterol Tinggi
Namun, kalau yang dilakukan itu bukan pembatasan (atau pengurangan) kolesterol, tapi penggantian makan lemak jenuh dengan makan lemak tak jenuh, maka kadar kolesterol darah bisa turun dan penjendalan darah bisa berkurang.
Lemak jenuh berasal dari gajih hewan- berdarah panas. Lemak itu sudah menjendal dalam suhu kamar (27°C). Itulah contoh lemak yang kaya akan lemak jenuh dan kolesterol.
Sebaliknya, lemak tak jenuh berasal dari hewan berdarah dingin (seperti ikan dan kodok) dan minyak nabati: seperti minyak sayur, minyak jagung, minyak kedelai. Lemak ini tetap cair dalam suhu kamar.
Lebih baik mengganti makan lemak tak jenuh daripada membatasi makan lemak jenuh. Sebab, pada hakikatnya membatasi makan lemak jenuh ini juga masih saja makan lemak jenuh.
Baca Juga : Telur Kaya Kolesterol, Lalu Haruskah Orang dengan Kolesterol Tinggi Berhenti Makan Telur?
Apa yang perlu?
Berikut ini petunjuk diet yang dapat dipertimbangkan, khususnya kalau kita sudah berumur lebih dari empat puluh tahun, gemuk dan menghadapi risiko terserang gangguan aterosklerosis, tekanan darah tinggi, dan kencing manis.
Menghindari makanan berlemak jenuh yang tinggi kadar kolesterol jahatnya (LDL), seperti daging kambing, babi, otak, jeroan, kuning telur, santan yang kental.
Sebagai gantinya, makan bahan makanan yang berlemak tak jenuh, yang berasal dari hewan berdarah dingin (seperti ikan dan kodok), dan lebih banyak makan tempe, tahu dan hasil pengolahan kedelai lainnya, seperti susu kedelai, kembang tahu, sebagai sumber protein nabati yang kaya akan lesitin, dan yang antikolesterol.
Baca Juga : Kolesterol Tinggi Gara-gara Makan Enak? Hajar Saja Pakai Seledri!
Makan lebih banyak bahan makanan yang kaya akan serat, seperti biji-bijian, buah dan sayuran. Misalnya dengan jalan memilih beras yang masih ada kulit arinya (seperti beras merah atau beras tumbuk), daripada memilih beras giling. Kulit ari beras banyak mengandung serat dan vitamin B1.
Cara lain ialah lebih banyak lagi makan sayuran dan buah-buahan segar, seperti misalnya lalap-lalapan dan buah masak-pohon-langsung-santap, karena selain kaya akan serat juga mengandung banyak vitami dan mineral yang masih utuh, belum rusak karena pengolahan dan pemasakan.
Serat berguna untuk mengurangi penyerapan lemak yang berlebihan dan memperlancar buang air besar.
Mengurangi makan hidrat arang murni, dengan jalan tidak terlampau banyak makan bahan makanan yang mengandung gula dan tepung, seperti sirup, selai, kue-kue dan makanan kecil yang manis.
Baca Juga : 10 Gejala Kolesterol Tinggi yang Seharusnya Tidak Pernah Anda Abaikan
Mengurangi makan bahan makanan yang mengandung natrium dan lebih banyak makan bahan makanan yang mengandung kalium.
Bahan yang mengandung natrium antara lain garam dapur, soda kue, bumbu masak, bahan pengawet natriumbenzoat dan natriumsulfit, berikut semua jenis makanan yang dalam pembuatannya dibubuhi terlalu banyak garam, soda kue, bumbu masak dan bahan pengawet.
Semua bahan makanan itu lebih baik direbus atau ditumis daripada digoreng dengan minyak.
Makanan yang kaya akan kalium adalah buah-buahan, sayuran dan air kelapa.
Baca Juga : Manfaat Lidah Buaya: Obat Kanker, Diabetes, hingga Kolesterol
Mengatur komposisi protein, hidrat arang dan lemak yang ideal dalam makanan sehari-hari, dengan jalan tidak makan daging dan lemak secara berlebihan. Bagi orang Indonesia dewasa, komposisi itu ialah protein 12%, hidrat arang 68% dan lemak 20%.
Minum air putih masak dalam jumlah yang cukup (sekitar
2,5-4 l per hari) dan mengurangi minum kopi, teh serta coklat, yang mengandung zat perangsang kafein, teofilin dan teobromin.
Diet saja tentunya tidak cukup. Perlu diusahakan pula beberapa kegiatan penting Iainnya, seperti: hidup tenang menghindari stress, latihan fisik dan olah raga yang memadai, tidak merokok dan minum minuman keras, serta menghindari kebiasaan yang merugikan kesehatan, seperti kurang benstirahat atau tidur berlebihan, makan tidak teratur atau makan terlalu banyak.
Baca Juga : Arief Rivan Meninggal Dunia: Ternyata Kolesterol ‘Baik’ Tak Selalu Baik Untuk Cegah Serangan Jantung