Namun sebaliknya, peneliti mengaitkan kondisi penyakit yang dialami pria ini dengan gejala depresi yang berlanjut dengan kecemasan dan stres akibat perceraian.
Peneliti menyarankan para dokter untuk melakukan pengobatan pada gejala-gejala psikologis akibat perceraian, dan bukannya merekomendasikan perbaikan nutrisi, olahraga, dan pola tidur.
Para pria korban perceraian juga wajib mengikuti program terapi kecanduan alkohol dan zat terlarang.
Selain itu, mereka juga harus mendapat rujukan dari tenaga medis untuk berobat para konselor, profesional kesehatan jiwa, atau kelompok dukungan perceraian.
Peneliti menyarankan perlunya penelitian lebih lanjut guna melihat dampak perceraian bagi kesehatan pria.
Professor Ridwan Shabsigh dari Cornell University, Amerika Serikat mengatakan, temuan ini menjadi dasar penyusunan diagnosa dan panduan terapi kesehatan bagi para pria korban perceraian.
Riset ini sekaligus membuka sisi lain pria, yang sering dikesankan sebagai sosok kuat, tabah, dan lebih kebal pada trauma dibanding wanita.
"Faktanya, pria sangat terpengaruh dengan trauma psikologis dan peristiwa buruk dalam kehidupan seperti perceraian, kebangkrutan, perang, dan kematian.
Penelitian segera sangat dibutuhkan untuk menyelidiki prevelensi dan dampak perceraian bagi kesehatan pria," kata Shabsigh yang juga Presiden International Society of Men's Health. (Rosmha Widiyani)
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perceraian Berakibat Buruk bagi Kesehatan Pria")
Baca Juga : Gisel Gugat Cerai Gading, Ini 8 Alasan Istri Memilih Ceraikan Suaminya
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Adrie Saputra |
KOMENTAR