Advertorial

Gisel Gugat Cerai Gading: Ternyata Perceraian Berdampak Buruk Bagi Kesehatan Pria

Adrie Saputra
Mentari DP
,
Adrie Saputra

Tim Redaksi

Seperti yang kita tahu, pasangan Gisel dan Gading yang menikah di Bali pada 14 September 2013 lalu tersebut jauh dari gosip dan selalu terlihat mesra.
Seperti yang kita tahu, pasangan Gisel dan Gading yang menikah di Bali pada 14 September 2013 lalu tersebut jauh dari gosip dan selalu terlihat mesra.

Intisari-Online.com – Berita mengejutkan datang dari pasangan selebritas Indonesia, Gisella Anastasia dan Gading Marten.

Pada hari ini, Rabu (21/11/2018) dilaporkan Gisel menggugat cerai Gading.

Dilansir dari kompas.com pada Rabu pagi, gugatan tersebut bahkan sudah diakui oleh pihak PN Jakarta Selatan dengan nomor perkara di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (908/Pdt.G/2018/PN JKT/SEL).

Hingga berita ini diturunkan, belum ada informasi mengenai alasan Gisel menggugat cerai Gading.

Baca Juga : Gisel Gugat Cerai Gading: Simak 5 Tips Ini Agar Anak Tak Jadi Korban saat Orangtuanya Bercerai

Seperti yang kita tahu, pasangan yang menikah di Bali pada 14 September 2013 lalu jauh dari gosip dan selalu terlihat mesra.

Namun dengan berita ini, maka bertambahlah pasangan selebritas Indonesia yang bercerai.

Dilihat dari berbagai sisi, perceraian mempunyai banyak dampak buruk.

Salah satunya masalah kesehatan mental.

Baik mental pasangan dan anak mereka.

Nyatanya, tidak hanya mental seseorang yang bermasalah, melainkan juga fisik seseorang.

Dan kondisi ini tidak cuma rentan dialami wanita, tapi juga pria.

Sebuah riset di Amerika mengatakan, pria yang hidup single atau mengalami perceraian, berpeluang 39 persen lebih tinggi mengalami kematian dini.

Kondisi ini mungkin disebabkan pria yang hidup single lebih berpeluang menjalankan gaya hidup atau perilaku seks berisiko.

Perilaku ini lambat laun mengancam kesehatan fisik dan mentalnya.

Baca Juga : Gisel Gugat Cerai Gading: 7 Tipe Suami yang Bikin Istri Ingin Bercerai

Sebuah studi kasus oleh Dr. Daniel Felix dari University of Nebraska dan dimuat dalam Journal of Men's Health pada tahun 2013 mengungkapkan pentingnya para dokter untuk mengenali problem kesehatan kaum pria yang dipicu oleh perceraian.

Riset ini merupakan kajian terhadap kasus yang dialami seorang responden pria usia 45 tahun yang bertahan dari perceraian.

Setelah perceraian, pria ini mengunjungi dokter keluarga setelah 10 tahun tidak memeriksakan diri.

Ia datang dengan keluhan pola tidur buruk, dan masalah perut yang tidak kunjung tuntas.

Pria ini juga melaporkan keranjingan minum bir dan mulai membenci pekerjaannya.

Sebagai karyawan level menengah di sebuah bank lokal, pria ini mulai terganggu dengan atasan dan teman-temannya.

Sehubungan dengan perceraian yang dialami, pria ini juga melaporkan keterbatasan akses yang dialami dalam menemui anak-anaknya.

Padahal, iasangat membutuhkan dukungan anak-anaknya.

Pria ini juga mengeluhkan mantan istrinya yang seolah menjauhkan ia dari semua teman-teman yang dimiliki saat masih menjadi pasangan.

Peneliti melaporkan, kondisi fisik pria ini tampak biasa saja meski pun ia mengalami sedikit pembengkakan pada liver dan tubuhnya yang kegemukan.

Baca Juga : Gisel Gugat Cerai Gading: Ternyata Istri yang Menggugat Cerai Juga Bisa Mendapat Harta, Asal...

Namun sebaliknya, peneliti mengaitkan kondisi penyakit yang dialami pria ini dengan gejala depresi yang berlanjut dengan kecemasan dan stres akibat perceraian.

Peneliti menyarankan para dokter untuk melakukan pengobatan pada gejala-gejala psikologis akibat perceraian, dan bukannya merekomendasikan perbaikan nutrisi, olahraga, dan pola tidur.

Para pria korban perceraian juga wajib mengikuti program terapi kecanduan alkohol dan zat terlarang.

Selain itu, mereka juga harus mendapat rujukan dari tenaga medis untuk berobat para konselor, profesional kesehatan jiwa, atau kelompok dukungan perceraian.

Peneliti menyarankan perlunya penelitian lebih lanjut guna melihat dampak perceraian bagi kesehatan pria.

Professor Ridwan Shabsigh dari Cornell University, Amerika Serikat mengatakan, temuan ini menjadi dasar penyusunan diagnosa dan panduan terapi kesehatan bagi para pria korban perceraian.

Riset ini sekaligus membuka sisi lain pria, yang sering dikesankan sebagai sosok kuat, tabah, dan lebih kebal pada trauma dibanding wanita.

"Faktanya, pria sangat terpengaruh dengan trauma psikologis dan peristiwa buruk dalam kehidupan seperti perceraian, kebangkrutan, perang, dan kematian.

Penelitian segera sangat dibutuhkan untuk menyelidiki prevelensi dan dampak perceraian bagi kesehatan pria," kata Shabsigh yang juga Presiden International Society of Men's Health. (Rosmha Widiyani)

(Artikel ini telah tayang diKompas.com dengan judul "Perceraian Berakibat Buruk bagi Kesehatan Pria")

Baca Juga : Gisel Gugat Cerai Gading, Ini 8 Alasan Istri Memilih Ceraikan Suaminya

Artikel Terkait