Advertorial
Intisari-Online.com- Eksistensi bir telah berlangsung sejak dahulu kala.
Sejak ribuan tahun yang lalu, orang Mesir kuno menjadi salah satu dari beberapa kelompok yang pertama kali mengkonsumsi bir.
Namun, bir tidak berada dalam botol seperti sekarang.
Botol bir menjadi hal baru pada abad ke-19 seiring komersialisasi bir.
Baca Juga:Vasili Blokhin, Eksekutor 'Paling Produktif' dalam Sejarah, Hukum Mati 300 Nyawa Setiap Malam
Baca Juga:Fisikawan Ini Prediksi Bahwa Manusia Mungkin Akan Berkomunikasi Dengan Alien pada Akhir Abad Ini
Dilansir pada Business Insider, awalnya bir dikemas dan dijual dalam botol bening, namun ini hanya efektif saat musim dingin.
Ketika botol-botol bening bir terkena sinar matahari, ia akan mulai berbau busuk.
Bau busuk itu terjadi karena kaca bening membiaskan sinar UV menembus dan mengubah komposisi minuman.
Solusinya adalah mengubah warna botol menjadi cokelat, warna lebih gelap yang dapat menangkal sinar.
Sehingga sinar tidak akan dapat merusak dan menjaga bir tetap segar tahan lama.
Ketika Perang Dunia Kedua terjadi, banyak produsen bir kekurangan bahan kaca berwana cokelat.
Hal itu memaksa mereka untuk membuat botol dengan warna hijau.
Begitulah warna hijau botol bir menjadi populer hingga saat ini.
Saat ini, produsen botol bir dapat menambahkan anti UV dalam kaca botol untuk melindungi dan menjaga rasa bir.
Baca Juga:Mengintip Bisnis Tas Branded Serupa 'Lingkaran Setan' yang Menjerat Angela Lee
Baca Juga:Sisi Lain Mahatma Gandhi, Tidur Seranjang Dengan Keponakan Wanitanya Untuk Menguji Kekuatan Iman