Advertorial
Intisari-Online.com – Banyak sekali teori di masyarakat untuk menakar keaslian dan kualitas sebuah madu.Sayang sebagian besar salah kaprah.
Mitos: Madu asli tidak dikerubungi semut
Fakta: Tidak betul. Fakta berbicara, semut sering menjadi masalah bagi peternak.
Tapi semut memang tidak menyukai jenis madu tertentu yang rasanya terlalu asam.
(Baca juga: Hati-hati! Ada 4 Bahaya yang 'Bersembunyi' di Balik Lezatnya Nanas)
Mitos: Madu tidak akan basi
Fakta: Semua madu yang disimpan tidak dalam penyimpanan yang disegel akan menyerap kelembaban dari udara dan bisa menjadi basi.
Kalau disegel dengan baik dan disimpan dalam temperatur ruangan, barulah tidak akan basi.
Mitos: Pasien diabetes tidak boleh minum madu.
Fakta: Madu aspal kadang ditambah gula, dan sebaiknya dihindari.
Tapi madu alami masih bisa dikonsumsi oleh penderita diabetes.
Madu memiliki indeks glikemik rendah yang artinya sehat diserap darah.
(Baca juga: Benarkah Sayur Bayam Akan Beracun Jika Dipanaskan Dua Kali?)
Mitos: Kualitas madu tergantung warnanya.
Fakta: Tidak betul, setiap madu tergantung sumber bunganya sehingga warnanya akan berbeda-beda.
Mitos: Jangan minum madu yang sudah mengkristal
Fakta: Perubahan bentuk tidak mengubah kualitas dan nutrisi madu.
Mitos: Kuning telur akan matang jika dicampur madu asli.
Fakta: Sebenarnya kuning telur bukan matang, tapi hanya menggumpal (koagulasi). Itu adalah reaksi ketika sifat asam dari madu bercampur dengan protein dan lemak dari kuning telur. (Takdir)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi September 2013)
(Baca juga: Awas Jangan Memakannya! Ini 7 Makanan Paling Berbahaya di Dunia, Salah Satunya Daging Hiu Busuk yang Sudah Mengering)