Waktu Tse Obaneh meninggal, klan Obaneh sudah memutuskan untuk menguburkan Tse dalam peti mati berbentuk bawang.
Mayat almarhum Tse diletakkan dalam ruangan dalam dari rumah terbesar di Bortianor itu. Wanita dan laki-laki bergantian memberikan penghormatannya yang terakhir pada almarhum.
Mereka menangis dan menjerit, seakan protes terhadap kematiannya. Sebenarnya, penduduk desa memohon pada almarhum Tse, agar melindungi mereka dan mau menjadi perantara antara mereka dengan anggota keluarga yang sudah meninggal.
Seluruh penduduk desa duduk mengelilingi tempat tidur almarhum. Beberapa ada yang mengucapkan terima kasih atas uang yang dipinjamkan kepada mereka dan tidak pernah ditagih.
Yang lain ada yang berterima kasih atas makanan, karena Tse pernah mengundang makan para tetua di sana. Setiap kali ada yang membeberkan kebaikan almarhum, maka tangisan para wanita serta jeritan orang yang berduka terdengar lagi.
Para tetua juga menyebut-nyebutkan keberhasilan usaha Tse. Setelah itu kaum pria yang berada di sekeliling tempat tidur si mati secara serentak menyanyikan lagu kebesaran klan mereka, sebuah lagu saat orang berdayung, yang juga dinyanyikan saat mereka di tengah laut lepas.
Malamnya keluarga Tse berkumpul bersama wakil desa-desa lain di rumah besar itu. Tengah malam, dari rumah di sekeliling rumah almarhum terdengar suara genderang.
Saat itu kaum laki-laki disuguhi bir dan kaum wanita menyiapkan makanan yang terdiri atas ikan dan nasi dalam tempat-tempat berukuran besar. Anak-anak menari, bernyanyi dan mereka bisa menyaksikan mayat itu dengan sepuasnya.
Saat antara subuh dan siang di Bortianor keadaannya tenang. Tapi ketika para tetua mengumumkan bahwa dua jam lagi Tse akan dikubur, keadaan jadi berubah. Tiba-tiba terjadi kesibukan luar biasa dalam kamar almarhum.
Di dekat kepala Tse ada seorang wanita tua mengibas-ngibaskan uang kertas sumbanqan para tamu. Uang itu dimaksudkan untuk alat pembayaran menyeberangi sungai, yang memisahkan dunia orang meninggal dengan yang masih hidup.
Kelihatannya si wanita ini yangmengatur segala kegaduhan itu. Si wanita kemudian menarik janda Tse sambil berkata, "Tse, dia sekarang bukan lagi istrimu. Biarkan dia hidup di dunianya dan kau di duniamu sendiri. Jangan sentuh dia. Tapi kalau ada lelaki lain yang mendekatinya, awasi dia!" Kemudian wanita itu ditarik ke luar.
Rambutnya diacak-acak
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR