Penduduk Bortianor rata-rata masih menganut kepercayaan animisme. Mereka percaya pada dewa, roh dan jimat. Untuk itu mereka membutuhkan perantara yang bisa berbicara dengan si mati, untuk keselamatan diri dan minta pertolongan.
(Baca juga: Awas Jangan Memakannya! Ini 7 Makanan Paling Berbahaya di Dunia, Salah Satunya Daging Hiu Busuk yang Sudah Mengering)
Tentu saja, upacara kematian yang bersifat animis itu mempunyai pengaruh buruk terhadap kesehatan penduduk. Misalnya saja, ribuan anak terkena infeksi yang tidak berbahaya.
Tapi karena para orang tua menolak untuk membeli obat desinfektan (walaupun harganya murah), penyakit infeksi yang tidak berbahaya itu berkembang menjadi penyakit yang berbahaya.
Bila dokter menegur, mereka menjawab bahwa mereka kebanyakan utang. Utang akibat biaya penguburan yang berlebihan!
Pemerintah Ghana sebenarnya kurang setuju dengan pemborosan penguburan yang berlebihan itu. Tapi usaha pemerintah hingga kini belum juga berhasil.
Soalnya, peti mati dianggap satu-satunya milik si orang yang meninggal dan kematian harus lebih megah daripada kehidupan. Ini prinsip yang sudah merata di seluruh Afrika. Terutama di Ghana.
Sejak dulu upacara penguburan itu dijadikan upacara yang spektakuler. Soalnya, dulu Ghana itu kaya. Namanya saja Pantai Emas, karena banyak ditemukannya emas di daerah pedalamannya.
Waktu itu banyak orang Afrika kaya. Upacara penguburan megah tidak lagi ditentukan oleh status keturunan si mati, tapi juga menjadi status sosial. Bukan hanya kepala suku, tapi juga para pedagang dan petani kaya mengadakan upacara kematian besar-besaran.
Matinya si Raja Bawang
Bortianor, desa nelayan di Atlantik, terdiri atas 300 rumah gubuk dan 20 rumah permanen. Di bagian belakang desa itu- terdapat ladang bawang. Sebagian besar ladang bawang itu milik Tse Obaneh. Tidak heran kalau dia menjadi orang terkaya di desa itu.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR