Biasanya orang-orang semacam ini mengadakan perjanjian dengan iblis agar diberi kekayaan yang melimpah selama hidupnya.
Setelah ia mati rohnya akan diambil oleh sang iblis pemberi kekayaan.
Korban-korban dari keyakinan ini juga banyak berjatuhan. Dalam abad ke-17 di Inggris bukan hal yang aneh kalau ada orang yang dibakar hidup-hidup gara-gara dituduh sebagai ahli sihir yang berkomplot dengan setan.
Jean d'Arc yang kemudian dianggap pahlawan nasional oleh bangsa Prancis dan orang suci oleh gereja Katolik juga mati dibakar karena dianggap telah menjalankan ilmu gaib.
Seperti yang terjadi di Eropa, menurut Ongkokham, kepercayaan seperti ini baru akan lenyap jika rasionalisme berpikir sudah benar-benar berkembang.
Entah kapan hal ini akan terjadi, karena sampai saat ini sebagian besar dari kita, termasuk para ilmiawan, masih meyakininya.
Khusus tentang petani Jawa, Ongkokham dalam tulisannya "Legitimasi Melalui Alam Gaib" (Kompas, 13 November 1985) antara lain berpendapat, kepercayaan seperti ini timbul karena petani Jawa yang tradisional seringkali berusaha menjelaskan sesuatu melalui alam gaib.
Kekuasaan politik raja, misalnya, dijelaskan antara lain sebagai akibat adanya hubungan raja dengan makhluk gaib Nyai Loro Kidul.
Petani Jawa juga percaya bahwa kekayaan yang dimiliki sementara orang, khususnya kaum pedagang, diperoleh dengan bantuan setan, sepeti tuyul atau Nyai Blorong.
Pedagang dianggap sebagai orang yang memiliki kekayaan secara tidak wajar karena diperoleh dari mencuri dengan bantuan makhluk-makhluk gaib yang jahat.
Citra jelek pedagang di mata petani timbul, karena bagi petani, yang selalu hidup pas-pasan, pedagang merupakan golongan yang mengancam eksistensi mereka.
Pedaganglah yang menyebabkan turunnya hasil bumi dan juga naiknya harga berbagai kebutuhan sehari-hari.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR