Advertorial

Jika Media Sosial Bermanfaat, Mengapa para Penciptanya Justru Nyaris Tak Pernah Menggunakannya?

Tatik Ariyani

Editor

Pendiri dan para eksekutif Facebook, Twitter, dan media sosial lainnya, termasuk orang terdekat mereka justru tidak menggunakan media sosial yang mereka ciptakan sendiri.
Pendiri dan para eksekutif Facebook, Twitter, dan media sosial lainnya, termasuk orang terdekat mereka justru tidak menggunakan media sosial yang mereka ciptakan sendiri.

Intisari-Online.com - Mark Zuckerberg sebenarnya tidak menggunakan Facebook seperti kebanyakan orang.

Dia memiliki tim khusus untuk membuat tulisan, foto, bahkan untuk menghapus komentar dan spam dari akun Facebooknya.

Bukan hanya Zuckerberg, tak satupun eksekutif utama perusahaan yang memiliki eksistensi seperti kebanyakan orang yang dengan leluasa mengomentari postingan rasis, dan dan lainnya.

Bahkan orang lain tidak dapat menambahkannya sebagai teman, mereka jarang mem-posting secara publik dan mereka menyimpan rahasia pribadi yang disarankan oleh platform agar dipublikasikan secara default.

BACA JUGA:Inilah Dampak Mengerikan yang akan Terjadi Jika Jakarta Menjadi Lokasi Sumber Gempa

Hal yang serupa berlaku pula bagi eksekutif Twitter yang tidak benar-benar menggunakan twitter untuk membalas orang asing, mengindari argumen dan tidak mudah membuat tweet tentang acar tv atau perlengkapan olahraga seperti kebanyakan orang.

Dulu banyak orang bertanya apakah para eksekutif media sosial itu tidak mengerti situs mereka sendiri, sehingga mereka tidak menggunakannya seperti kebanyakan orang.

Sekarang, seharusnya orang mulai bertanya sesuatu yang lain apakah para eksekutif itu tahu bahwa kita tidak tahu?

Sean Parker, presiden Facebook pernah berbicara pada konferensi di Philadelphia mengenai ' sesuatu tentang berhati-hati terhadap media sosial.'

BACA JUGA:Terungkap, Inilah Alasan Mengapa Gempa di Lebak, Banten Terasa Hingga ke Jakarta

Dalam pembuatan aplikasi ini, pengguna digiring untuk mengalihkan sebanyak mungkin waktu yang dimiliki dan kesadaran pengguna.

Para eksekutif menghendaki pengguna untuk memberikan kontribusi lebih banyak konten dengan foto, video, pos, komentar dan like yang diunggah pengguna melalui akun media sosial.

Secara sadar, para pembangun media sosial seperti Mark Zuckerberg, Kevin Systrom (Instagram)memahami adanya eksploitasi dalam psikologi manusia, salah satunya membuat orang kecanduan.

Kemudian para penentang Facebook mengatakan bahwa umpan balik dalam jangka pendek yang telah berhasil mereka ciptakandapat menghancurkan bagaimana masyarakat bekerja karena tidak ada lagi kerjasama, salah informasi dan ketidakpercayaan.

BACA JUGA:Bintang Film Biru Stormy Daniels Ungkapkan Detail Perselingkuhannya dengan Donald Trump: Bermula dari Lapangan Golf

Lalu peneliti Facebook kemudian mengumumkan hasil penelitian bahwa Facebook memang membuat pengguna merasa buruk, namun hanya jika mereka tidak memposting sesuai kebutuhan.

Ketika orang menggunakan media sosial secara pasif, mereka akan merasa buruk, sebaliknya jika orang menggunakannya untuk membagikan postingan dan memberikan komentar, mereka akan merasa lebih baik.

Namun entah mengapa hal itu tidak cukup untuk membuktikanbahwa pendirian media sosial itu ditujukan hanya untuk kebaikan saja, sedang sisi buruknya terkesan ditutupi.

Padahal, di satu sisi, para eksekutif media sosial dan teknologi secara terbuka melarang anak-anak dan kerabat mereka untuk menggunakan aplikasi dan program yang mereka ciptakan.

BACA JUGA:Suka Koleksi Tas Mewah dan Sempat Menghilang Sepanjang 2017 Lalu, Inilah 8 Fakta Mengejutkan Ri Sol Ju, Istri Kim Jong Un yang Kerap Disembunyikan!

Kevin Holesh, pengembang aplikasi adalah salah satu yang mencoba dengan sangat keras untuk mengurangi penggunaan jejaring sosial dan akhirnya dia berhasil menghapus semua jejaring sosial dan akun e-mail yang dia punya.

Dia merasa dengan menggunakan jejaring sosial hanya akan membuang-buang waktu dengan melakukan suatu hal yang tidak produktif.

Setelah mengapusnya, dia merasa dapat melakukan pekerjaan dengan lebih baik dengan berkomunikasi dengan metode konvensional seperti yang dulu dia lakukan sebelum media sosial sempat menguasai hidupnya.

Tanpa kemauan yang keras, pada akhirnya kecanduan memang sulit untuk dipecahkan.

BACA JUGA:Kuburannya Digali, Jenazah Biksu Ini Ditemukan dalam Kondisi Tersenyum, Inilah 'Pekerjaanya' Semasa Hidup

Namun, tidak ada salahnya mencoba untuk mengurangi kecanduan kita terhadap media sosial, dan hiduplah dengan lebih peka terhadap lingkungan sekitar.

Ingat, bahwa para eksekutif platform media sosial dan program saja tidak pernah mengizinkan diri mereka dan orang terdekat mereka untuk menyentuh program yang mereka ciptakan, apa kita mau terus-terusan menjadi 'korban' yang dapat menghasilkan keuntungan besar bagi mereka?

BACA JUGA:Gempa Jakarta: Inilah 10 Gempa Bumi Terdahsyat yang Pernah Terjadi dalam Sejarah Peradaban Manusia, Dua dari Indonesia

Artikel Terkait