Selain itu, tiap empat tahun sisa 1/4 hari digabung dalam tahun kabisat yang ditambahkan pada Februari. Hasilnya, kalender itu cukup tepat menandai pergantian musim.
Ia juga memindah awal tahun pada bulan Januari. Karena jasanya, Senat mengganti bulan Quintilis dengan namanya. Tapi, setelah ia dibunuh pada 44 SM, tahun kabisat muncul tiap tiga tahun.
Tahun 8 oleh pemimpin Romawi berikutnya, Oktavianus alias Kaisar Augustus, kabisat ditetapkan muncul empat tahun sekali.
Namanya pun diabadikan sebagai nama bulan. Kalender Romawi atau Julian, yang dipakai banyak bangsa selama 1.500 tahun itu sebenarnya belum akurat, karena masih terlalu panjang 11 menit 14 detik.
Menurut perhltungan selanjutnya, setahun matahari adalah 365,242199 hari atau 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik. Maka pada tahun 1582 Paus Gregorius XIII meminta ahli matematika Christopher Clavius dan astronom Luigi Lilio Ghiraldi untuk memperbaikinya.
Terbukti, total keterlambatan mencapai 10 hari. Pada Oktober 1582 diadakan penyesuaian dengan "melompati" beberapa hari. Tepatnya tanggal 4 langsung diikuti tanggal 15.
(Baca juga: Siapa Sangka, Bentuk Pusar Bisa Bantu Ungkap Kepribadian Kita. Yuk, Dicek!)
Untuk menandai peristiwa penting pada 5-14 Oktober tahun itu, cukup diembel-embeli dengan OS (old style) atau NS (new style).
Aturan tahun kabisat pun diubah. Tahun berakhiran 00 disebut kabisat hanya bila habis dibagi 400, bukan 4. Tahun 1600 dan 2000 memang tahun kabisat, tapi tahun 1700, 1800, dan 1900 bukan karena tidak habis dibagi 400.
Dengan kalender Gregorian itu keterlambatan per tahun cuma 26 detik. Wajar bila sementara ini kalender itu yang masih dipakai.
Alhasil, bulan Januari pun masih akan memberi salam, "Selamat Tahun Baru!" (Dari pelbagai sumber/Sht)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Januari 2000)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR