Advertorial
Intisari-Online.com -Kehadiran Margaret Thatcher di kancah politik sebagai Perdana Menteri Inggris pada 1979-1990 bukan sekadar numpang lewat.
Kegigihan tokoh yang mendapat julukan Wanita Besi itu dibuktikan dengan bermacam perubahan yang ia lakukan.
Tak heran jika kemudian muncul istilah Thatcherisme dan Thatcher Revolution.
Kebijakan Thatcher antara lain dalam hal privatisasi telah mengubah keuntungan sejumlah perusahaan seperti British Airways.
Kebijakan Thatcher ini bahkan diikuti oleh lebih dari 50 negara, termasuk negara sayap kiri yang diam-diam mengadopsi idenya.
(Baca juga:30 Hari Margaret Badore Mencoba Tidak Keramas dan Hasilnya Ternyata Sangat Mengejutkan)
(Baca juga:Belajar Kepemimpinan dari Margaret Thatcher)
Dari sisi mana pun ia dikenang, Thatcher telah mempengaruhi cara berpikir pemerintah.
Tak hanya di Inggris tetapi juga di hampir seluruh negara di dunia.
Thatcher pertama kali masuk parlemen pada 1959. Saat itu ia terpilih sebagai Conservative MP untuk Finchley.
Thatcher menduduki posisi junior sebelum menjadi juru bicara untuk pendidikan. Tahun 1970, Thatcher masuk kabinet sebagai Education Secretary.
Tak cukup sampai di situ, Thatcher mengincar posisi pimpinan Partai Konservatif yang dijabat oleh Edward Heath.
Pada 4 Februari 1970, Thatcher berhasil mengalahkan Heath dengan suara 130-119.
Kemenangan Thatcher mengejutkan banyak orang. Tetapi Thatcher melaju terus dan menjadi perempuan pertama yang memimpin partai utama.
(Baca juga:Margaret Bakema, Nenek yang Menangis saat Terima Ijazah SMU di Usia 97 Tahun)
Heath tak sanggup menerima kekalahannya hingga menolak untuk menjabat di kabinet Thatcher.
Tangga 16 Maret 1976 James Callaghan menggantikan Harold Wilson sebagai PM.
Sementara itu Thatcher berangsur-angsur mengadopsi program politik yang lebih mengarah ke sayap kanan.
Sikap Thatcher ini ditunjukan dengan secara signifikan menekankan ekonomi pasar.
Keteguhan prinsipnya sempat dihujat ketika dalam satu pidatonya Thatcher mengklaim bahwa masyarakat takut terlibas oleh imigran.
Tahun 1978, Chancellorof the Exchequer, Denis Healey ,secara kontroversial mulai menerapkan kontrol ketat moneter, termasuk pemotongan besar dalam bidang pendidikan dan kesehatan .
(Baca juga:Mengungkap Diet Unik Margaret Thatcher)
Tindakan ini diklaim sejumlah pihak sebagai dasar dari kondisi yang muncul kemudian dan dikenal sebagai monetarisme.
Kebijakan Healey mengakibatkan munculnya aksi pemogokan.
Tak heran jika kemudian dukungan bagi Partai Buruh berkurang.
Alhasil dalam pemilihan umum 1979, Partai Buruh dapat dikalahkan dengan mudah.
Keluar sebagai pemenang adalah Partai Konservatif pimpinan Thatcher.
Kiprah Thatcher sebagai PM Inggris pun dimulai. Ia berhasil menyingkirkan James Callaghan dan menjadi PM Inggris perempuan pertama.
November 1979, Thatcher menghadiri pertemuan puncak European Economic Community (Masyarakat Ekonomi Eropa). Dalam pertemuan tersebut Thatcher mencoba untuk menegosiasi kembali kontribusi Inggris bagi anggaran MEE.
Pemerintahan Thatcher terus melanjutkan kebijakan monetaris yang diperkenalkan oleh Healey.
Inflasi berhasi dikurangi tetapi angka penganguran berlipat ganda selama dua tahun pertama Thatcher menjabat.
Dua tahun kemudian, Sir Geoffrey Howe, Chancellor of the Exchequer, mengumumkan pemotongan lebih besar untuk anggaran publik.
(Baca juga:Gaya Perdana Menteri Mongolia Ini Sekilas Mengingatkan Kita pada Vladimir Putin)
Selama periode ini, angket menunjukkan Thatcher adalah PM paling tidak populer sepanjang sejarah Inggris.
Untuk meningkatkan pendapatan pemerintahan Thatcher mencanangkan program privatisasi.
Termasuk denasionalisasi British Telecom, British Airways, Rolls Royce, dan British Steel. Meskipun kontroversial, Thatcher berhasil membuktikan kalau kebijakannya membawa hasil.
Berbagai perubahan besar yang ia lakukan sejak menjabat PM hingga muncul istilah “Thatcher Revolution”.
Serangkaian perubahan sosial dan ekonomi yang dilakukan Thatcher bahkan meruntuhkan berbagai aspek tatanan di Inggris setelah masa perang.
Dua bulan sebelum pecah Perang Falkland, Thatcher meyakinkan aktifis Partai Konservatif bahwa kehadiran Royal Marine di Stanley cukup untuk mencegah invasi Argentina.
(Baca juga:Perdana Menteri Singapura, Pemimpin Negara Bergaji Tertinggi di Dunia)
Ketika Argentina betul-betul melakukan invasi ke Kepulauan Falkland pada 2 April 1982, di bawah komando Thatcher, Inggris bersiap untuk perang.
Meskipun popularitasnya kerap dipertaruhkan, Thatcher selalu tegas dalam mengambil keputusan dan pantang menyerah.
Sekali waktu ia pernah mengeluarkan pernyataan bahwa Inggris tidak akan menyerah terhadap teroris. Bahkan meskipun dirinya yang dipertaruhkan sebagai sandera,
Thatcher juga meminta kesediaan orang-orang di pemerintahannya untuk bersikap serupa. Bersedia mengorbankan diri sendiri untuk Inggris.
Selain tegas, Thatcher teguh pada pendiriannya. Jika sudah memutuskan sesuatu, ia tak segan maju sendiri.
Seperti ketika Argentina menginvasi Falkland pada 2 April 1982. Di bawah komando Thatcher, Inggris bersiap untuk perang.
PBB yang mengupayakan jalan damai tak digubrisnya. Bagi Thatcher tak masalah jika Inggris harus maju sendiri.
Berkat diplomasi Thatcher, Inggris memenangi perang diplomatik hingga meraih dukungan dari PBB, NATO, dan persekutuan.
AS pun secara terbuka menawarkan dukungan militer dan mengeluarkan sanksi terhadap Argentina.
Keberhasilan Thatcher di Perang Falkland membuat popularitasnya meroket. Hasilnya, Partai Konservatif memenangi Pemilihan Umum 1983 dengan 144 dukungan suara.
Sementara itu hubungan Thatcher dan Presiden AS Ronald Reagan makin baik. Keduanya setuju mengambil sikap tegas terhadap Uni Soviet.
Karena sikapnya ini, Thatcher dijuluki the Iron Lady.
Margaret Thatcher meninggal pada 8 April 2013 di usia 87 tahun di Westminter, Inggris.
(Baca juga:Mantan Perdana Menteri Israel Dipenjara 6 Tahun Karena Korupsi)