Advertorial

F-15 Jatuh di Yaman, Arab Saudi Ngotot karena Masalah Teknis Meski Pemberontak Klaim Sebagai Pelaku

Ade Sulaeman

Penulis

Kelompok pemberontak Houti yang secara terang-terangan didukung oleh Iran bisa memiliki senjata canggih seperti rudal balistik dan rudal-rudal canggih penangkis serangan udara.
Kelompok pemberontak Houti yang secara terang-terangan didukung oleh Iran bisa memiliki senjata canggih seperti rudal balistik dan rudal-rudal canggih penangkis serangan udara.

Intisari-Online.com - Sejak tahun 2015 militer Arab Saudi telah melakukan serangan udara menggunakan jet-jet tempur F-15 ke posisi pemberontak Houti yang berada di Yaman bagian utara.

Kelompok pemberontak Houti yang secara terang-terangan didukung oleh Iran karena sama-sama beraliran shiah bisa memiliki senjata canggih seperti rudal balistik dan rudal-rudal canggih penangkis serangan udara.

Sejumlah rudal balistik telah diluncurkan oleh pemberontak Houti ke kota-kota penting di Arab Saudi tapi sejauh ini rudal-rudal itu bisa dilumpuhkan oleh sistem pertahanan antirudal yang digelar oleh militer Arab Saudi.

Peperangan antara militer Arab Saudi melawan pemberontak Houti yang ingin mendirikan negara merdeka di Yaman itu pun berubah menjadi proxy war yang tidak seimbang.

(Baca juga: DynCorp, Pabrik Tentara Bayaran yang Memproduksi Manusia Penjual Nyawa)

Peperangan bersifat proxy war karena sesungguhnya Arab Saudi sedang merasa bertempur dengan Iran tapi yang dihadapi secara nyata adalah pemberontak Houti.

Secara teknis peperangan antara militer Arab Saudi dan pemberontak Houti juga tidak seimbang.

Pasalnya Arab Saudi berperang menggunakan jet-jet tempur sedangkan pemberontak Houti tidak memiliki jet tempur sama sekali.

Oleh karena itu, untuk mengatasi kelemahannya pemberontak Houti kemudian menerapkan taktik perang asimetris dengan mengandalkan rudal-rudal canggih yag dipasok oleh Iran dan juga Rusia.

Tujuan utama jet-jet tempur Arab Saudi menggempur Yaman bagian utara yang merupakan basis Houti adalah untuk menghancurkan pangkalan peluncur rudal.

Tapi upaya menghancurkan pangkalan rudal itu tidak mudah karena lokasi pangkalan-pangkalan rudal Houti banyak yang tersembunyi di dalam goa bawah tanah.

Akibatnya jet-jet tempur Arab Saudi sering melakukan serangan udara secara acak sehingga banyak peduduk sipil telah jadi korban.

Sejak jet-jet tempur Arab Saudi melancarkan serangan udara dari tahun 2015, ribuan penduduk sipil Yaman telah jadi korban.

(Baca juga: Denjaka, Pasukan Khusus TNI AL yang Misterius dan Sering Bikin Gentar Navy Seal AS)

Jatuhnya korban yang makin banyak itu akhirnya memaksa Iran yang mendapatkan dukungan dari Rusia memasok rudalp-rudal antipesawat berteknologi canggih guna melawan jet-jet tempur F-15 Arab Saudi.

Jet tempur F-15 sebenarnya merupakan pesawat canggih yang sulit dijatuhkan dan dilengkapi flare pengecoh rudal dan radar peringatan dini antiserangan rudal (Radar Warning Receiver)

Sistem rudal pertahanan udara yang digelar oleh pemberontak Houti akhirnya berhasil menembak jatuh satu unit F-15 Arab Saudi pada 8 Januari 2018.

Meskipun Arab Saudi menolak bahwa F-15-nya bukan ditembak jatuh tapi karena mengalami masalah teknis, rekaman video dari radar sistem pertahanan udara Houti jelas-jelas menunjukkan bahwa F-15 rontok karena dihajar rudal.

Kemampuan pemberontak Houti untuk menembak jatuh sasaran di udara memang tidak bisa dianggap enteng.

Pasalnya pada bulan Oktober 2017, pemberontak Houti telah berhasil menembak jatuh drone AS, MQ-9 Reaper, drone milik USAF yang dikenal canggih dan dilengkapi rudal penghancur tank.

Yang jelas jatuhnya F-15 Arab Saudi selain telah menurunkan mental dan semangat tempur pilot-pilot Arab Saudi juga mengejutkan AS.

Militer AS sadar hanya negara seperti Rusia yang sebenarnya memiliki rudal-rudal yang bisa merontokkan F-15.

Oleh karena itu jatuhya F-15 Arab Saudi di Yaman bisa mengindikasikan bahwa Rusia ‘’telah ikut bermain’’.

(Baca juga: Perang Enam Hari, Mengingat Kembali Sejarah Jatuhnya Yerusalem ke Tangan Israel)

Artikel Terkait