Si snob tidak pernah melakukan verifikasi dan klarifikasi sehingga pernyataannya tidak berdasar. Ia cenderung menuduh dan menganggap orang lain remeh.
Misalnya ada seorang yang sudah melakukan ibadah haji, menganggap dirinya lebih suci dari yang belum naik haji.
Ada pula orang yang menambah-nambahkan gelar di belakang namanya, padahal ia sendiri tidak pernah mengecap bangku perguruan tinggi.
Ia cenderung suka melebih-lebihkan fakta. Sebenarnya ia hanya naik sepeda motor, mengaku-ngaku mengendarai mobil.
Cara berpakaian tidak sesuai kemampuan ekonomi agar dianggap orang kaya. Ia juga cenderung materialistis dan merasa enggan bergaul dengan orang-orang yang dianggapnya miskin.
Si snob juga malu membeli barang-barang murahan, suka menilai kepribadian orang lain melalui hartanya.
BACA JUGA: Centang Biru WhatsApp Dimatikan, Begini Cara Mudah Tahu Pesan Kita Telah Dibaca
Sok merasa jijik makan di kaki lima, gila merek walau tidak tahu yang dikenakannya hanya barang KW, suka menganggap orang lain kampungan, dan ia juga cenderung mengajari orang lain dengan teori dengan bahasa tinggi agar dianggap pintar.
Penyebab utama snob adalah ingin diakui, bisa jadi pula karena kegagalan, dan ingin dihargai.
Untuk menyembuhkannya, ia harus sadar posisi dirinya dan kita juga dapat menolongnya agar dia tersadar dari kondisi yang dibangunnya sendiri.
Karena penyakit snob dapat dihindari dengan berpikir positif dan senantiasa mengoreksi diri.
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR