Advertorial

Jangan Pernah Meremehkan Sering Sakit Kepala di Pagi Hari, Bisa Jadi Itu Tanda Depresi

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Kebanyakan orang menyangka sakit kepala sebagai gejala musiman atau stres sesaat akibat pekerjaan.
Kebanyakan orang menyangka sakit kepala sebagai gejala musiman atau stres sesaat akibat pekerjaan.

Intisari-Online.com- Ada sejumlah tanda umum depresi yang terkadang luput dari perhatian.

Penting untuk diketahui segala gejala depresi agar lingkungan, keluarga, atau teman dapat mengambil antisipasi.

Gejala umum yang dapat dikenali terkait depresi yakni turun atau naiknya berat badan secara drastis, gelisah, merasa bersalah, dan putus asa.

Meskipun sakit kepala sering dikaitkan dengan stres atau dehidrasi, ia juga dapat menjadi tanda seseorang mengalami depresi.

Baca Juga:Tragisnya Nasib Sri Rabitah, TKW Asal Lombok Utara yang Mencari Keadilan Setelah Ginjalnya Dicuri di Qatar

Baca Juga:Di Bawah Todongan Pistol, Pria Ini Diculik dan Dipaksa Nikahi Seorang Wanita yang Tak Dikenalnya

Sebuah studi mengungkapkan lebih dari 19.000 orang di Eropa penderita depresi terbangun di pagi hari dengan sakit kepala.

Sakit kepala di pagi hari merupakan gejala jelas dari depresi, namun dapat juga menandakan gangguan insomnia.

Dilansir pada Independent, Dr Richard Lipton, seorang profesor neurologi di Albert Einstein College of Medicine mengatakan bahwa hubungan antara depresi dan sakit kepala tidak terjadi dua arah.

Sakit kepala parah dapat meningkatkan risiko depresi, namun depresi tidak meningkatkan risiko sakit kepala.

Sakit kepala yang dimaksud di sini bukanlah jenis migrain, namun sakit kepala cluster.

Yakni nyeri pada kepala yang terjadi secara berulang dan rutin.

Karena frekuensi munculnya yang rutin pada periode tertentu, kebanyakan orang menyangkanya sebagai gejala musiman atau stres sesaat akibat pekerjaan.

Dalam penelitian lebih lanjut di Cephalalgia lebih dari 600 orang dengan sakit kepala cluster, diketahui memiliki peningkatan risiko depresi.

Sedangkan depresi sendiri seperti yang kita tahu akan mengarah kepada tindakan bunuh diri.

Sebagai penderita depresi Anda dapat mengurangi risiko dengan berbagi kisah dengan teman.

Atau sebagai orang terdekat penderita, Anda dapat memberinya dorongan semangat hidup.

Baca Juga:Nanggala, Tim Intelijen Tempur Kopassus Yang Kerap Gunakan Nama Sandi Wanita

Baca Juga:Seram, Menjijikkan, tapi Unik! Inilah 6 Permen dan Manisan Paling Aneh Sekaligus Bikin Penasaran Ingin Mencobanya

Artikel Terkait