Advertorial
Intisari-Online.com – Jangan anggap enteng depresi. Tak berlebihan kalau Hari Kesehatan Sedunia 2017 kali ini mengangkat tema soal depresi.
“Depression: Lets Talk” begitu jargon tema HKS 2017 yang dinasionalkan menjadi “Depresi: Yuk Curhat!”
Depresi adalah sebuah keadaan yang memiliki gejala berupa rasa sedih yang berkepanjangan dan hilangnya minat untuk melakukan kegiatan yang biasa disukai, diikuti penurunan kemampuan menjalankan kegiatan yang biasa dilakukan.
“Diperkirakan sebanyak 4% dari total populasi mengalami gejala depresi. Kondisi ini berkorelasi karena memperparah beberapa penyakit tidak menular seperti, diabetes, penyakit jantung, bahkan stroke. Untuk itulah depresi perlu diketahui, perlu disadari agar dapat dikelola dan ditanggulangi (treatable)', kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dr. H.M. Subuh, MPPM, pada kegiatan Temu Media di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, medio April silam.
Sebuah fakta yang perlu diketahui, depresi yang berlarut-larut dan tidak ditangani dapat mengantarkan pada tindakan bunuh diri. Hampir 800.000 kematian akibat bunuh diri terjadi setiap tahun terjadi di dunia atau dengan kata lain setiap 40 detik seorang meninggal karena bunuh diri.
(Baca juga:Terlalu Banyak Tidur Ternyata Tanda Depresi!)
Di tengah himpitan pekerjaan dan hiruk pikuk kota besar, sepertinya sulit untuk menghindari dari depresi. Padahal ada cara yang mudah dan murah untuk mengatasi depresi.
Berolahraga!
Menjamurnya olahraga lari di hampir semua kalangan ternyata memberikan dampak yang sangat baik untuk melawan depresi. Mereka yang sudah keranjingan lari akan merasakan hubungan antara aktivitas fisik dan kesehatan mental.
Penelitian telah lama mengungkapkan hasil bahwa endorfin, zat kimia mirip opiat yang membanjiri otak setelah latihan secara intens mampu bertindak sebagai penyangga terhadap pikiran dan perasaan depresi.
Tapi kita tak perlu berlatih sampai ngos-ngosan untuk memperoleh manfaat “mind-body” ini. Sebuah penelitian baru di Australia menemukan bahwa dengan berolahraga ringan pun – sedikitnya sejam seminggu - dapat meningkatkan mood seseorang, berapapun umur atau jenis kelaminnya.
Salah seorang peneliti, Dr. Samuel Harvey yang merupakan profesor kedokteran di Black Dog Institute di University of New South Wales, menyatakan bahwa ia telah mengetahui soal peran olahraga dalam pencegahan depresi. “Namun ini adalah pertama kalinya kami dapat mengukur potensi pencegahan aktivitas fisik dalam hal mengurangi tingkat depresi di masa depan," tambahnya.
Dalam penelitian yang dipublikasikan pada 3 Oktober di American Journal of Psychiatry, para peneliti melihat data dari Health Study of Nord-Trøndelag County (studi HUNT), salah satu survei kesehatan berbasis populasi yang paling ekstensif yang pernah dilakukan. Secara khusus, mereka melacak tingkat olahraga dan gejala depresi pada hampir 34.000 orang dewasa Norwegia antara Januari 1984 dan Juni 1997.
Pada awal studi HUNT, peserta ditanya tentang frekuensi dan intensitas olahraga mereka, kemudian, pada sesi tindak lanjut, tentang gejala kecemasan dan depresi.
Para ilmuwan menemukan bahwa mereka yang tidak pernah berolahraga memiliki 44 persen peningkatan risiko terkena depresi dibandingkan dengan mereka yang berkeringat dalam waktu 1 sampai 2 jam seminggu. Tidak ada hubungan antara tingkat olahraga dan gejala kecemasan.
(Baca juga:Jumlah Orang Depresi Terus Meningkat, Empat Hal Ini Disebut sebagai Pemicunya)
Faktanya, hanya 1 jam aktivitas fisik setiap minggu bisa mencegah 12 persen diagnosis depresi selama masa penelitian, kata periset.
"Hasil ini menyoroti potensi besar untuk mengintegrasikan olahraga ke dalam rencana kesehatan mental individual dan kampanye kesehatan masyarakat yang lebih luas," kata Harvey.
"Jika kita dapat menemukan cara untuk meningkatkan tingkat aktivitas fisik masyarakat, bahkan dalam jumlah kecil, maka ini kemungkinan akan membawa manfaat kesehatan fisik dan mental yang substansial."
Temuan ini penting, tapi mungkin lebih dari itu karena sebagian besar manfaat psikologis dari olahraga terwujud segera, kata Harvey.
"Dengan gaya hidup mager (malas gerak) yang seakan menjadi norma di seluruh dunia, dan tingkat depresi meningkat, hasil penelitian ini sangat penting karena perubahan gaya hidup yang kecil pun dapat memberi manfaat kesehatan mental yang signifikan," tambahnya.
Para ilmuwan tidak yakin mengapa olahraga memiliki efek perlindungan ini. "Tapi kami yakin ini berasal dari dampak gabungan berbagai manfaat fisik dan sosial dari aktivitas fisik," kata Harvey. (*)
(Baca juga:Depresi Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung)