:quality(100)/photo/2018/04/22/3572694841.jpg)
Advertorial
Intisari-Online.com- Warga Malagasi, Madagaskar, telah menebar kematian dalam hidup mereka.
Famadihana adalah ritual menari bersama mayat sebagai bentuk reuni keluarga.
Mereka percaya bahwa roh nenek moyang akan tetap tinggal disekitar selama mayat belum hilang karena pembusukan sepenuhnya.
Hal ini menjadi masalah ketika ritual suci itu justru menyebarkan wabah epidemi pes yang disebarkan oleh bakteri dalam 'mayat yang menari' itu.
Baca Juga:Wahai Wanita Perhatikan, 10 Kata-kata ini Sering Diucapkan Pria untuk Membohongi Anda!
Dilansir pada Ancient Origins, Willy Randriamarotia, kepala staf di kementerian kesehatan Madagaskar mengatakan bahwa wabah ditularkan oleh bakteri Yersinia Pestis dalam mayat.
Famadihana sendiri dilakukan setiap 7 tahun sekali, kerabat yang masih hidup akan menggali kuburan, mengambil tulang belulangnya dan membungkusnya dalam kain terikat.
Dalam ritual itu sorak sorai teriakan menggema ke udara, seluruh kerabat keluarga juga diwajibkan hadir.
Biasanya anggota keluarga yang datang akan membawa serta abanyak makanan berupa permen, daging, sup dll.
Mereka meyakini bahwa nenek moyang, seperti semua orang, menyukai pesta meriah, terutama yang diadakan untuk menghormatinya.
Pesta itu diiringi dengan musik dan tari-tarian, acara akan berakhir sairing matahari tenggelam.
Itu menandakan bahwa mayat arus dikuburkan kembali.
Sementara tradisi ini mengancam kesehatan warga, pelarangan telah diterapkan untuk tidak menggali mayat terkait ritual ini.
Sejak Agustus 2017 setidaknya 1.200 warga terkena Pes dan 100 diantaranya meninggal dunia setelah perayaan famadihana.
Bagi banyak warga Madagaskar, kematian bukanlah hal menyedihkan dan akan ada waktu untuk merayakannya.
Baca Juga:Kisah Keanu Reeves yang Mengiris Hati, Anomali Selebritas Holywood