Advertorial

Di Lahan Pertanian Ini Bertebaran Mayat dengan Berbagai Kondisi Pembusukan, Alasannya Benar-benar di Luar Perkiraan

Moh Habib Asyhad

Editor

Intisari-Online.com – Lahan pertanian tidak selalu berisikan tanaman yang bernilai ekonomis.

Lahan pertanian bisa pula berisi mayat-mayat dalam berbagai kondisi pembusukan.

Namun, pertanian ini tidak menjadi masalah dalam hukum.

(Baca juga:13 Tahun Meninggalnya Pejuang HAM Munir: Ahli Forensik Ternama Ini Pun Penasaran dengan Kematian Munir)

(Baca juga:Ahli Forensik Rekonstruksi Wajah yang Dibunuh dengan Brutal 1.400 Tahun Silam, Hasilnya?)

Sebaliknya, para petugas dari kepolisian bisa belajar di sana untuk membantu tugas penyelidikan mereka dalam berbagai kasus.

Pertanian yang unik ini milik Texas State of Univerisity di Texas, Amerika Serikat.

Pertanian mayat ini adalah Pusat Antropologi Forensik.

Memasuki kawasan ini, pengunjung bisa melihat mayat-mayat di seputar area tersebut.

Mayat itu ‘dikurung’ dalam sangkar dari besi yang bisa dibuka.

Tujuannya, agar mayat itu tidak disambar oleh burung pemakan bangkai yang biasa terdapat di Texas.

Jejeran mayat yang terlihat di sana menjadi bagian dalam penelitian ilmiah tentang bagaimana proses pembusukan mayat.

Meskipun terlihat mengerikan, pertanian mayat ini sebenarnya membantu polisi dalam memecahkan kasus kriminal.

Caranya, dengan menentukan kapan korban itu dibunuh lewat pembusukan mayatnya.

Ilmuwan di Pusat Antropologi Forensik ini menggunakan mayat yang memang disumbangkan ke tempat itu.

Kemudian mereka membandingkan mayat itu dengan korban pembunuhan dengan keadaan yang mencurigakan.

Informasi yang dikumpulkan dari sini dapat digunakan di pengadilan hukum.

Sementara penelitinya bisa dipanggil untuk memberikan bukti dalam pendakwaan dan pembelaan.

Mayat-mayat di sana juga dapat digunakan untuk membantu merekonstruksi wajah.

Ada sekitar 70-80 mayat di Pusat Antropologi Forensik
Dengan menggunakan tulang dan gambar-gambar mereka yang sukarela dikubur secara terbuka itu, peneliti dapat membantu polisi untuk merekonstruksi bagaimana penampilan korban sebenarnya.

Menurut ahli pembusukan mayat Dr. Danny Wescott, mereka sering bekerja dengan petugas hukum, untuk mengenal bagaimana penggunaan fasilitas tersebut.

Ia mengatakan, dalam beberapa kasus, pertanian mayat ini menawarkan alternatif pemakaman yang lebih murah.

Di Inggris, hukum tidak membolehkan adanya pertanian mayat, tetapi sepertinya hukum tersebut akan diubah.

(Baca juga:Jangan Main-main dengan Media Sosial: Kencing Sembarangan, Seorang Menteri Pertanian di India Jadi Bulan-bulan Pengguna Internet)

(Baca juga:Jangan Terkecoh, Itu Bukan Panda Raksasa Melainkan Ladang Panel Surya di China)

Dilansir dari situs MailOnline, Jumat (15/12), Dr. Danny Wescott telah bertahun-tahun memimpin penelitian tentang kerangka di universitas di Amerika Serikat.

“Ini membuat kami melihat bagaimana pembusukan mayat. Kami bekerja dengan petugas penegak hukum dan membantu melatih calon-calon polisi setempat,” jelas Dr. Danny Wescott.

Ia menambahkan, mereka mendapat mayat-mayat yang diberikan kepada mereka untuk digunakan secara khusus.

Calon pendonor yang masih hidup secara sukarela mendonorkan mayat mereka bila meninggal.

Ada dua kriteria mayat yang diterima, bobot mayat dibawah 226,79 kg.

Mayat juga tidak boleh mengandung penyakit infeksi aktif seperti hepatitis C.

Kebanyakan pendonor di pertanian mayat ini berhubungan dengan penegakan hukum.

Jika mayat itu berada dalam radius 321,8 km ketika pendonornya meninggal, maka petugas dari pertanian mayat ini akan mengambilnya.

Kemudian mayat tersebut akan menjadi sebuah proyek penelitian.

Mayat dibiarkan di ladang selama 7 bulan hingga beberapa tahun.

Kerangkanya kemudian digunakan untuk penelitian selanjutnya.

Kenyataanya, kebanyakan penelitian justru pada kerangkanya itu.

Untuk menjadi bagian dalam pertanian mayat ini kebanyakan orang menjadi sukarelanya sebelum kematian mereka.

Ada juga mayat yang diberikan oleh sanak keluarga dari mayat tersebut.

Polisi kemudian mengobservasi bagaimana faktor-faktor yang berbeda memengaruhi cara pembusukan mayat.

“Penegak hukum memanfaatkan skenario perbedaan itu dan kami melihat pada efek di pakaian dan hal lainnya seperti diabetes pada mayat tersebut,” kata Dr. Danny Wescott.

Hal itu memungkinkan mereka memberikan estimasi kematian kepada polisi dan juga membantu merekonstruksi wajahnya.

(Baca juga:Kerangka ‘Monster Laut’ dari Zaman Dinosaurus Berhasil Ditemukan di India, Diprediksi Ungkap Rahasia Evolusi)

(Baca juga:Sedang Bermain dan Terjatuh, Bocah Laki-laki Ini Tak Sengaja Temukan Fosil Langka Berusia 1,2 Juta Tahun yang Lalu)

Pasalnya, mereka tahu bagaimana orang itu terlihat sebelum kematiannya, lalu dapat dibandingkan dengan apa yang tergambar dari gambar rekonstruksi wajah yang muncul.

Peneliti juga melihat sisi ekologi, bagaimana mayat itu memengaruhi secara khusus pada serangga.

“Pada saat ini kami memiliki 65 hingga 70 mayat. Lebih banyak mayat pria daripada mayat wanita, tetapi ada juga pasangan yang mendonasikan mayat mereka,” kata Dr. Danny Wescott.

Di pertanian mayat ini banyak juga berasal dari orangtua yang meninggal secara alami dan menjadi donasi koleksi mayat terbatas di sana.

Meskipun demikian, ada juga beberapa orang berusia muda yang menjadi donasi mayat bagi Pusat Antropologi Forensik (Forensic Anthropology Centre) ini.

Artikel Terkait