Advertorial
Intisari-Online.com – Pernahkan anda berkunjung ke Jepang pada bulan Agustus?
Pada bulan tersebut, supermarket di negeri ini menjual buah-buahan tertentu dengan harga yang lebih mahal.
Harga tertinggi buah bisa mencapai 10.000 yen atau Rp1,1 juta.
Bahkan di toko biasa buah seperti apel dan pir, untuk jenis tertentu, dijual 200 hingga 300 yen atau Rp24.000 hingga Rp36.000 per buah.
(Baca juga: (VIDEO) Cahaya Misterius Roket SpaceX Ini Menggemparkan California, Bahkan Ada yang Mengaitkannya dengan UFO)
Buah adalah bagian lezat dari budaya makanan di Jepang.
Tetapi, buah apa yang paling banyak dikonsumsi di Jepang? Jawabnya adalah pisang.
Pisang dianggap sebagai buah yang mudah untuk dimakan, berharga murah, dan rasanya enak.
Untuk diketahui, 99 persen pisang di Jepang adalah diekspor dari berbagai dunia.
Jepang hanya menghasilkan 1 persen pisang yang disebut Mongee Banana (diucapkan ‘mon-gay).
Mongee Banana adalah pisang sangat spesial dan hanya ditanam di Prefektur Okayama.
Sebuah pisang ini dijual seharga 648 yen atau Rp77.000. Bandingkan di Indonesia sebuah pisang ambon di warteg hanya seharga Rp2.000 saja.
(Baca juga: Jet Tempur F-15 C Ini Patah Jadi Dua Saat Terbang, Begini Nasib Pilotnya)
Apa sih yang membuat pisang tersebut sangat mahal? Wow, ternyata kulit pisang Mongee Banana bisa dimakan juga!
Ini artinya, tidak ada sampah yang tersisa jika kita membeli pisang jenis ini.
Dilansir dari situs Japan Today, Selasa (26/12), Mongee Bananas diproduksi oleh D&T Farm di Prefektur Okayama di barat Jepang.
Bukankah pisang hanya tumbuh di daerah beriklim tropis? Sementara Jepang adalah sebuah negeri dengan 4 musim.
Ternyata, D&T Farm menggunakan metode khusus untuk menanam pisangnya, yang disebut ‘Membangunkan dari kebekuan’.
Dalam metode ini, ekstrak dan DNA buah dibuat untuk memproduksi contoh yang mirip dengan zaman kuno, yang membuatnya bisa tumbuh di iklim dingin.
Produksi pisang ini telah berkembang dengan sukses pertama kalinya pada November.
Sejak itu D&T Farm menumbuhkan pisang bukan beriklim tropis.
Tanaman pisang ini tidak punya predator alami, tidak menggunakan pestisida, dan hanya ditumbuhkan secara organik.
Mongee Bananas rasanya lebih manis dengan kandungan gula 24,8 gram, sementara pisang biasa kandungan gulanya hanya 18,3 gram.
Pisang ini juga lebih lengket dan beraroma lebih kuat.
Itu sebabnya D&T Farm memberi nama pisang ini dengan nama ‘Mongee’. Itu adalah bahasa slang di Prefektur Okayama yang berarti ‘luar biasa’.
Jadi, keseluruhan artinya adalah ‘pisang yang luar biasa’.
Mongee Banana hanya dapat ditemukan di supermarket Fruit Corner of Tenmanya Okayama.
Itu artinya, peminat pisang ini harus pergi ke Prefektur Okayama untuk mendapatkan pisang ini.
Itupun, mereka harus cepat, karena pisang ini hanya dijual sebanyak 10 buah per minggu.
Bagaimana cara mengonsumsi pisang istimewa ini?
Untuk diketahui, Mongee Bananas berkulit tipis.
Kita harus menunggu buah ini matang sebelum memakannya.
Tanda pisang ini siap dimakan bila sudah muncul bintik-bintik kecil berwarna cokelat pada permukaan kulitnya.
Pisang yang matang juga akan mengeluarkan aroma yang lebih kuat.
Diperlukan waktu dua hari untuk pisang ini jadi matang setelah didatangkan ke supermarket.
Bagaimana rasa pisang ini? Seorang koresponden situs ini, P.K. Sanjun, mencoba Mongee Bananas.
Menurutnya, kulitnya lebih tipis dibandingkan kulit pisang biasa.
Pertama, ia mengupas kulit pisang lebih dahulu, seperti biasanya kita akan makan pisang.
Pada gigitan pertama rasanya seperti pisang biasa, tetapi ia kemudian merasakan suatu rasa tropikal yang lebih kuat.
Ia menyebutkan bahwa rasanya nyaris mirip dengan rasa nanas yang langsung menusuk hidung. Artinya, Mongee Bananas bukanlah pisang biasa.
Cara kedua, P.K. Sanjun mengiris-iris pisang dengan kulit yang masih menempel di buah tersebut.
Pada gigitan pertama, ia merasakan kulit pisang itu mudah dikunyah.
Karena kulitnya tipis, tidak ada tekstur aneh pada kulitnya, dan dibandingkan dengan kemanisan buahnya, kulit pisang ini tidak memiliki rasa lebih manis.
Bandingkan dengan kulit pisang biasa yang memiliki rasa pahit dan sepat. Belum lagi resiko tanaman pisang itu diberi pestisida saat ditanam.
Jadi, untuk merasakan pisang yang bisa dimakan dengan kulitnya, mau tidak mau kita harus ke Prefektur Okayama, deh!
(Baca juga: Kisah Pilu Marina Chapman: Dibuang ke Hutan, Dirawat Kera, Lalu Dijadikan Budak Seks)