Advertorial
Intisari-Online.com – Senin (18/12), dunia K-Pop digemparkan dengan berita meninggalnya Kim Jonghyun, salah satu anggota boyband SHINee.
Menurut media lokal, Jonghyun ditemukan lemas tak berdaya di apartemennya di kawasan Gangnam-Gu, Chungdam-dong.
Dilaporkan Jonghyun keracunan karbon monoksida dari briket yang ia bakar frying pan.
Polisi sempat melakukan pertolongan pertama dengan melakukan CPR, namun nyawa Jonghyun tidak bisa diselamatkan.
(Baca juga:Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!
(Baca juga:Luar Biasa! Bermodal Satu Tangan, Mantan Nelayan Ini Borong 5 Emas dan Pecahkan 3 Rekor ASEAN)
Pada akhirnya, kasus meninggalnya Jonghyun kembali membuka masalah tersembunyi di Korea Selatan.
Bukan soal nuklir atau perang, tapi soal bunuh diri.
Menurut statistik tahunan WHO yang dipublikasikan pada bulan Mei 2017 dikutip dari english.chosun.com, angka bunuh diri di Korea Selatan terus menurun, namun tetap menjadi salah satu yang tertinggi di dunia.
Bahkan OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) menyebut negara ini sebagai negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi.
Angka tersebut, yang mencerminkan data dari tahun 2015, menunjukkan bahwa Korea memiliki 28,4 kasus bunuh diri per 100.000 penduduk, angka tertinggi keempat di antara 183 negara yang disurvei.
Angka itu hampir dua kali lipat tingkat bunuh diri 14,8 per 100.000 pada tahun 2000. Dilaporkan angka itu meningkat pada saat krisis keuangan 2008 menjadi 34,1 di tahun 2010.
Korea Selatan berada di posisi keempat di bawah Sri Lanka (35,3 kasus bunuh diri per 100.000 penduduk), Lithuania (32,7), dan Guyana (29).
Selain itu, melansir dari bbc.com, ada sebuah statistik dari kementerian Korea Selatan yang menunjukkan selama 10 tahun terakhir, ada 6% sampai 7% pembelot telah meninggal karena bunuh diri.
Namun dalam beberapa bulan terakhir, jumlahnya semakin tinggi. Sekitar 14% kematian di kalangan pembelot tahun ini.
Masalah ekonomi menjadi salah satu faktor penyebab banyaknya orang bunuh diri. Contohnya Kim Song-il.
Kim Song-il, seorang pembelot, mengatakan bahwa dia sudah membuka lini bisnis ketujuh sejak ia membelot 14 tahun yang lalu.
Dia pernah menjadi supir bus, seorang buruh bangunan, dan menjalankan sebuah restoran.
Kini, dia memulai bisnis sendiri dengan menjual potongan ayam.
“Ketika usaha saya sebelumnya gagal, saya mencoba bunuh diri sebanyak tiga kali,” kata Kim Song-il.
“Tapi saya terus mengingatkan diri sendiri bagaimana saya mempertaruhkan nyawa saya untuk sampai pada posisi ini.”