Advertorial
Intisari-Online.com -Levi Eshkol, tokoh penting Israel ini amat unik.
Perdana Menteri Israel yang menjabat sejak 1963 sampai 1969 ini ternyata bukan orang Yahudi.
Ia dilahirkan di desa kecil di Kiev, Ukraina, pada 1895 yang kemudian berimigrasi ke Palestina.
(Baca juga:Jika Negara-negara Arab Mau Bersatu, Bukan Mustahil Melawan dan Mengalahkan AS-Israel)
Levi pernah ke Berlin untuk mengurusi kepulangan orang-orang Yahudi ke Palestina dan aktif sebagai sukarelawan Legiun Yahudi.
Ketika balik lagi ke Palestina, Levi bergabung dengan organisasi militer Yahudi, Haganah, dan menunjukkan kemampuan sebagai seorang pemimpin.
Tahun 1948 ketika negara Israel terbentuk, ia telah menjabat sebagai Dirjen Menteri Pertahanan dan merupakan salah satu pionir berdirinya negara Israel.
Tahun 1951, ia terpilih sebagai anggota Parlemen Israel, Knesset, dan tak lama kemudian posisi Menteri Pembangunan dan Pertanian serta Menteri Keuangan dijabatnya.
Posisi Levi Eskhol makin penting ketika pada 1963 dirinya diangkat sebagai PM dan sekaligus Menteri Pertahanan.
Berbagai jabatan penting yang pernah disandangnya membuat pandangan politik Levi makin liberal dan demokratis.
Sebelum Perang Enam Hari meletus, secara politik persatuan nasional Israel sedang dalam kondisi stabil.
Sejumlah partai politik yang ada baik sayap kiri maupun sayap kanan berhasil disatukan ke dalam kompromi yang sinergis.
Sehingga ketika muncul ancaman dari luar, stabilitas politik dan persatuan nasional Israel sama sekali tak tergoyahkan.
Orang yang paling berjasa dalam terciptanya kondisi itu, tak lain dan tak bukan adalah Kevi Eshkol.
(Baca juga:Golda Meir, PM Wanita Israel yang Nyaris Menggunakan Bom Nuklir dalam Perang Yom Kippur)
(Baca juga:Israel 'Merdeka' karena Eropa Merasa Berutang Budi pada Bangsa Yahudi Sekaligus Ingin ‘Cuci Tangan’)
Sebagai contoh, semasa menjabat PM, Levi mempraktikkan diplomasi pertemanan.
Ia memberikan kebebasan pendapat kepada pers dan jaminan hukum kepada orang-orangArab yang tinggal di Israel.
Ia juga berusaha keras membangun hubungan baik dengan negara-negara dari Blok Barat maupun Blok Timur.
Levi, misalnya, tetap membangun kontak diplomasi dengan Jerman Barat tapi juga sekaligus membangun hubungan budaya dengan Uni Soviet.
Ia bahkan berkunjung ke AS dalam rangka mendapatkan dukungan politik dan bantuan militer.
Ketika Perang Enam Hari meletus, agar tak menimbulkan persilangan pendapat dan perpecahan nasional sementara Israel sedang dihadapkan pada sejumlah musuh, Levi mengambil langkah strategis.
Ia mengangkat tokoh legendaris dan pahlawan Israel, Moshe Dayan sebagai Menteri Pertahanan.
Levi juga melakukan kerjasama yang erat dengan pimpinan Partai Herut sehingga kombinasi hubungan antara tokoh negara dan tokoh partai itu mampu menciptakan Pemerintahan Persatuan Nasional.
Sebelumnya, Levi sempat merangkap jabatan sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan.
Berkat pemerintahan yag solid dan saling bersinergi, kekuatan militer Israel pun menjadi demikian tangguh dan sanggup menghalau ancaman invasi dari negara-negara Arab.
Levi pun kemudian dinobatkan sebagai bapak persatuan Israel.