Intisari-Online.com - Menurut peraturan Undang-Undang Ketenagakerjaan, waktu kerja yang ditetapkan pemerintah adalah 7 sampai 8 jam sehari.
Namun dengan waktu yang telah ditentukan tersebut, masih banyak yang memaksakan diri untuk mengambil waktu bekerja lebih banyak tanpa memperhatikan kondisi tubuh dan jiwa.
Lalu, pernyataan yang mengatakan ‘ini adalah tubuh, bukannya mesin’, mulai memaksa kita untuk berpikir ulang.
Tubuh dan pikiran kita butuh diberi istirahat yang cukup dengan mengurangi jam kerja kita.
(Baca juga: Luar Biasa! Bermodal Satu Tangan, Mantan Nelayan Ini Borong 5 Emas dan Pecahkan 3 Rekor ASEAN)
Dilansir dari bbc.com, beberapa hal bisa menjadi pertimbangan kita harus mengurangi jam kerja:
1. Lakukan atau rugi
Banyak dari kita menganggap bahwa otak kita sebagai komputer yang mampu bekerja secara konstan dalam waktu yang lama.
Kita menuntut diri kita untuk bekerja berjam-jam tanpa beristirahat.
Padahal, penelitian menemukan orang yang bekerja lebih dari 11 jam sehari mengalami risiko depresi 2,5 kali lipat daripada orang yang bekerja 7 sampai 8 jam sehari.
Penelitian lain bahkan menemukan jam kerja yang panjang meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 40% hampir sama dengan merokok (50%).
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR