Sedangkan orangtuanya kini telah dibelikan sebuah mobil baru. Bahkan, Februari kemarin ia membeli rumah seluas 220 m2 di bilangan Duren Sawit, Jakarta Timur, senilai Rp1,1 miliar. Semua itu didapatkan dari hasil keuntungan bisnis bimbel.
Lahirnya CEO muda
Hamzah mengakui, kunci keberhasilannya tidak terlepas dari perhatiannya terhadap mutu karyawan. Karena itu, dia merekrut orang-orang yang mempunyai kapasitas cukup dan membekali mereka dengan tambahan skill melalui berbagai pelatihan.
“Ini penting. Sebab, sebagus apa pun marketing-nya jika sumber daya manusianya kurang bagus, tidak akan menghasilkan apa-apa,” papar Hamzah.
“Sama halnya dengan kekayaan sumber daya alam Indonesia yang melimpah tapi jika dikelola oleh SDM yang mentah, hasilnya tidak akan optimal,” tambah lajang pemenang Ciputra Young Entrepreneur (2011) ini.
Ada satu momen ketika Hamzah dihadapkan pada pilihan-pilihan dilematis yang menentukan masa depannya. Hal ini terjadi menjelang kelulusan dia dari SMA. Saat itu Hamzah sudah diterima sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi UI melalui jalur PMDK.
Namun ia berpikir, seandainya ia memilih melanjutkan studi, bisnisnya yang mulai beranjak mapan tidak akan tertangani dengan baik sehingga terancam bangkrut.
“Mungkin ada orang yang bisa menangani keduanya. Tapi saya memang bukan tipe orang yang seperti itu. Kalau menangani sesuatu, saya harus benar-benar fokus,” ungkapnya jujur.
Keputusan untuk itu ternyata benar. Kini, Hamzah semakin memantapkan diri menjadi pebisnis muda. Tahun 2011 ia memperluas bidang usaha. Dia mengakuisisi sebuah perusahaan furnitur dengan brand Sofabed, di Tangerang, Banten.
Bisnis furnitur menarik minatnya karena pesatnya pertumbuhan properti menjanjikan peluang besar juga untuk bisnis furnitur.
Dengan suntikan modal baru, pemasaran produk furnitur berbahan foam itu pun diperluas. Semula hanya berskala lokal, tapi kini bisa menjangkau seluruh wilayah tanah air. Order datang dari hotel, perumahan, dan rumah sakit.
Bahkan dalam waktu dekat, ia berencana akan mengekspor ke negeri jiran, Malaysia. “Celah bisnisnya sudah saya dapatkan karena di sana masih jarang pemainnya,” kata Hamzah.
Dia menyatukan bisnis furnitur dan bisnis bimbel yang dijalankannya lebih awal dalam satu induk perusahaan bernama Hamasa Indonesia Corp.
Meskipun demikian, perjalanan Hamzah sebagai wirausahawan bukan tanpa hambatan. Dia merasa usianya yang masih muda kerap mengganggu kepercayaan klien terhadap dirinya.
“Padahal saya sudah sengaja tak mencukur kumis dan jambang agar tampak lebih berumur,” ucap Hamzah sambil tertawa. Untuk mengatasinya, dia selalu berusaha untuk pandai menjaga wibawa. Contoh, berserius mengikuti rapat.
Kendala lain adalah akses modal. Usianya yang belum genap 21 membuat Hamzah tak bisa meminjam uang ke bank. Solusinya, dia tetap meminjam ke bank atas nama ibu atau tantenya.
“Tapi cicilan utangnya saya yang menanggung,” kata CEO Hamasa Indonesia Corp ini mengakhiri perbincangan.
(Ditulis oleh Rusman Nurjaman. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 2013)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR