Advertorial

Sleep Apnea, Salah Satu Jenis Gangguan Tidur yang Bisa Sebabkan Orang Berhenti Bernapas Ketika Tidur

Mentari DP

Editor

Menurut American Sleep Apnea Association, sekitar 22 juta orang Amerika mungkin menderita sleep apnea.
Menurut American Sleep Apnea Association, sekitar 22 juta orang Amerika mungkin menderita sleep apnea.

Intisari-Online.comSleep apnea atau apnea tidur adalah gangguan tidur di mana mengganggu pernafasan seseorang saat tidur.

Ini merupakan kondisi serius terutama jika tidak diobati. Karena dapat menyebabkan seseorang berhenti bernapas.

Menurut American Sleep Apnea Association, sekitar 22 juta orang Amerika mungkin menderita sleep apnea.

(Baca juga:Hati-hati, Gangguan Tidur Ini Bisa Menyebabkan Kerusakan Otak)

(Baca juga:10 Jenis Gangguan Tidur)

Penyebab

Ada dua tipe utama sleep apnea, yaitu sleep apnea obstruktif dan sleep apnea sentral.

Pada sleep apnea obstruktif, jalan napas menjadi sebagian atau sepenuhnya tersumbat saat tidur. Hal ini bisa terjadi karena otot-otot tenggorokan dan lidah lebih rileks daripada yang seharusnya selama tidur.

Faktor lain adalah Anda memiliki amandel yang besar dan kelebihan berat badan.

Sementara sleep apnea sentral kurang umum dibandingkan sleep apnea obstruktif. Dengan sleep apnea sentral, otak berhenti mengirim tanda ke otot yang memungkinan kita bernapas.

Menurut National Institues of Health, kondisi ini mungkin karena masalah medis lain seperti penyakit Parkinson.

Sleep apnea.

Gejala

Gejala sleep apnea obstruktif yang paling umum adalah mendengkur keras, meski tdak semua orang yang mendengkur mengalami sleep apnea.

Ada juga orang dengan kondisi ini terdiam dalam mendengkur, lalu diikuti dengan tersedak atau terengah-engah. Kantuk di siang hari juga merupakan tanda umum sleep apnea.

Sementara untuk sleep apnea sentral, bangun tiba-tiba dengan sesak napas.

(Baca juga:Merokok Sebabkan Gangguan Tidur)

Karena masalah ini terjadi saat tidur, orang sering tidak sadar bahwa mereka memiliki sleep apnea. Sehingga anggota keluarga atau orang lainlah yang pertama kali mengetahuinya.

“Banyak sekali pasien dibawa oleh pasangan mereka,” kata Dr. Robert Lapidus, seprang profesor di Divisi Perawatan Paru, Kritis, dan Tidur di National Jewsih Health Hospital di Denver.

Menurut Lapidus, sleep apnea diklasifikasikan menjadi normal, ringan, sedang, dan berat. Hal itu didasarkan jumlah apneas (jeda) yang dialami pasien per jam saat tidur.

Kurang dari lima kejadian per jam dianggap normal, lima sampai 15 dianggap sebagai sleep apnea ringan, 15 sampai 30 dianggap sebagai sedang, dan lebih dari 30 dianggap sebagai sleep apnea berat.

Sleep apnea.

Faktor risiko

Menurut Mayo Clinic, rang-orang dengan kelebihan berat badan atau obesitas, berusia lebih dari 60 tahun, atau laki-laki dua kali lebih mungkin mengalami sleep apnea.

Namun wanita dan orang yang kurus bisa juga mengalami sleep apnea. Apalagi jika mereka memiliki saluran udara kecil atau amandel yang membesar.

Lalu seseorang lebih cenderung mengalami sleep apnea jika ada anggota keluarga yang juga memiliki kondisi ini.

(Baca juga:Gangguan Tidur Anda Tidak Sembuh Meski Sudah Minum Pil Tidur? Itu Salah Anda!)

Sleep apnea.

Pengobatan

Perubahan gaya hidup adalah salah satu cara mengobati kondisi sleep apnea.

Misalnya penurunan berat badan, berhenti meroko, dan tidur hanya di satu sisi tubuh bukan di punggung mereka.

Pengobatan yang paling umum untuk sleep apnea sedang sampai berat adalah tekanan udara positif (continuous positive airway pressure / CPAP).

Perangkat ini melibatkan masker di atas hidung, atau mulut dan hidung, yang menggunakan tekanan udara agar tenggorokan tetap terbuka saat tidur.

Namun dalam beberapa kasus sleep apnea, ketika perawatan lain gagal, maka operasi dipilih untuk memperlebar bagian pernafasan.

Artikel Terkait