Apalagi pada tahun 1959, Karel Doorman kembali berlayar ke sejumlah kota di AS seperti New Port, Rhode Island, Fort Lauderdale, dan Florida sehingga kemampuannya untuk melaksanakan pelayaran jarak jauh makin mumpuni.
Setahun kemudian setelah mempunyai sederet pegalaman berlayar untuk jarak jauh, Karel Doorman pun dikirim ke Irian Barat untuk memperkuat kekuatan militer Belanda.
Pelayaran yang berlangsung secara rahasia itu berlangsung lancar karena kehadiran Karel doorman di Irian Barat tidak diwarnai upaya pencegatan oleh militer RI.
Dalam pelayaran dari Belanda ke Irian Barat, Karel Doorman dikawal oleh destroyer dan satu kapal tanker.
Untuk menghindari intrik politik dengan Mesir yang merupakan sekutu Indonesia Belanda punya taktik sendiri.
Karel Doorman dan kapal pengiringnya segaja menghindari Terusan Suez dan memilih berlayar mengitari tanduk Afrika.
(Baca juga: Jika AS Cuma Bisa Perang Mulut, Inggris Sudah Kirimkan Kapal Induk Terbesarnya ke Semenanjung Korea)
(Baca juga: Baik dalam Perang ataupun Damai, Kehadiran Kapal Induk Selalu Mengundang Beragam Makna)
Karel Doorman yang saat itu mengangkut pesawat tempur Hawker Hunter sebanyak 12 unit kemudian berlabuh di Freemantle, Australia, dan selanjutnya meneruskan perjalanan final ke Irian Barat.
Tapi setelah mengetahui Indonesia memiliki sejumlah pesawat pengebom Tu-16 KS yang bisa menghancurkan kapal induk dengan hanya menjatuhkan satu bom Kennel, Karel Doorman memilih segera kabur meninggalkan perairan di Irian Barat.
Paskakonflik Indonesia-Belanda terkait Irian Barat, Karel Doorman terus dioperasikan oleh AL Belanda.
Pada 26 April 1968, salah satu mesin Karel Doorman terbakar.
Untuk mengganti mesin yang rusak, dipasang mesin secara kanibal yang semula milik kapal perang HMS Leviathan.
AL Belanda masih mengoperasikan Karel Doorman hingga tahun 1969 dan karena pembiayaan yang tinggi kapal induk legendaris itu kemudian dijual ke Argentina.
Sejarah penggantian nama pun terulang lagi, oleh Argentina nama Karel Doorman lalu diubah menjadi ARA Veinticinco de Mayo (V-2).
Ironisnya salah satu misi besar Veinticinco de Mayo adalah melawan negara yang dulu membuatnya, Inggris, dalam Perang Malvinas (1982).
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR