Advertorial
Intisari-Online.com - Mulanya suku Taino bersikap bersahabat dengan Christopher Columbus dan rekan-rekannya.
Mereka juga tidak keberatan berkenalan dengan ajaran agama yang baru.
Tapi ketika kemudian para pendatang mulai mengacak-acak perkampungan mereka, memburu, dan menjarah perhiasan emas dan batu manikam pusaka, mulailah mereka melawan.
Sudah tentu hubungan orang-orang Spanyol dengan Taino jauh dari baik.
(Baca juga: Picu Pemusnahan 20 Juta Masyarakat Pribumi Amerika, Columbus Tak Layak Disebut Pahlawan?)
Apalagi ketika pada tahun 1494 Columbus mengirimkan sekelompok anak buahnya dipimpin oleh Alonso de Hojeda untuk memperkuat Benteng Santo Tomas di pedalaman.
Di sebuah penyeberangan sungai, Hojeda menculik seorang kepala suku Taino dan dua kawannya.
Dengan alasan mereka telah mencuri pakaian orang-orang Spanyol itu, Hojeda memotong telinga salah seorang, sementara dua orang lainnya ia rantai dan kirim ke La Isabela.
Sejak insiden inilah orang Taino melawan kekerasan yang dilakukan orang Spanyol. Tak cuma itu.
Mereka juga melawan terhadap pajak yang benar-benar tak masuk akal.
Setiap orang Taino yang telah berusia 14 tahun dan tinggal di daerah tambang emas diwajibkan menyerahkan 3 ons emas tiap 3 bulan.
Dengan "tongkat api"-nya bangsa Spanyol semakin merajalela.
Mereka membakari perkampungan dan menangkapi ratusan lelaki, wanita, maupun anak-anak pribumi kulit merah untuk dikirim ke Eropa sebagai budak belian.
Masyarakat kecil di lingkungan La Isabela sendiri bukannya hidup adem ayem.
"Sepertiga dari kami jatuh sakit dalam 4 - 5 hari terakhir," tulis dr. Chanca, tak lama begitu mereka mulai membangun La Isabela.
Obat-obatan yang mereka bawa dari Spanyol tidak banyak menolong.
Walaupun diserang sakit perut dan infeksi lainnya, Columbus bersikeras meneruskan pembangunan La Isabela.
Kurang dari sebulan setelah La Isabela berdiri, timbul pemberontakan dipimpin oleh Bemal de Pisa, akuntan kepala.
Pisa dan beberapa pengikutnya dipenjarakan oleh Columbus. Ini dapat diketahui dari kerangka yang ditemukan di lokasi ekskavasi.
Betapapun ngototnya Columbus, La Isabela tetap tak dapat menolak nasib sial.
Masyarakat kecil itu berulang-ulang diserang penyakit, malah pernah terbakar sampai habis dua pertiganya dan pernah terserang badai.
(Baca juga: (FOTO) Perang Tentara Perancis dengan Suku Indian Zacapoaxtla Terjadi Lagi?)
Dalam waktu 30 tahun setelah Columbus pertama kali tiba di Amerika, kapal dagang sudah rutin mondar-mandir antara Spanyol dan Amerika.
Semua ini mendatangkan kejayaan, kekuasaan, dan uang bagi Spanyol, sekaligus semakin menjadinya perbudakan.
Columbus memanfaatkan bisnis budak untuk mengongkosi pelayarannya.
Waktu itu perbudakan umum di mana-mana. Hanya dalam waktu 2 tahun, sepertiga populasi suku Taino musnah.
Dalam 30 tahun, suku Taino tinggal kenangan saja.
Sampai sekarang hanya peninggalan keramiknya yang tersisa.
Sebagai suku bangsa mereka benar-benar punah.
Banyak yang bunuh diri karena ogah diperbudak.
(Baca juga: Shane Creepingbear, Orang Suku Indian yang Diusir Facebook karena Dianggap Menggunakan Nama Palsu)
Ini juga yang mengakibatkan orang Spanyol butuh mengimpor budak dari Afrika ke sana.
Sudah sejak awal, muncul banyak keluhan mengenai kelakuan orang Spanyol di Spanyol Baru terhadap orang pribumi dan tingkah laku mereka dalam masalah perbudakan.
Pulang dengan diborgol
Mendengar pelbagai laporan tentang ekses-ekses yang dilakukan Columbus di koloninya sana, lama-kelamaan telinga Raja Ferdinand dan Ratu Isabela panas.
Mereka mendengar Columbus dengan semena-mena menghukum mati anak buah yang memberontak, tidak memberi jatah makanan kepada orang-orang yang tak ia sukai, dan memperbudak orang-orang Indian.
Padahal mengenai yang terakhir ini Raja dan Ratu sudah mengeluarkan perintah kilat yang melarang perbudakan.
Yang membuat Raja Ferdinand semakin resah, adanya desas-desus bahwa Columbus punya niat menyerahkan koloni India Barat itu kepada tanah kelahirannya, Genoa. Mereka mengirim penyelidik ke P. Hispaniola.
Tanpa banyak cingcong si penyelidik menangkap dan mendeportasikan Columbus.
Pada tahun 1500, Laksamana Columbus dibawa ke kapal dengan tangan terbelenggu.
Belakangan Raja dan Ratu Spanyol memang membebaskannya, tapi mereka tidak memulihkan jabatan maupun pangkatnya.
Pada waktu itu La Isabela sudah 2 tahun ditinggalkan penghuninya, karena sudah ada kota pelabuhan baru Santo Domingo.
Columbus masih berlayar lagi ke Amerika di masa tuanya, tapi bersama-sama pelaut lain.
Mendekati akhir hidupnya, Columbus masih tetap yakin akan haknya atas Amerika.
"Saya telah mempersembahkan Indies (maksudnya kepulauan di L. Karibia) (kepada Spanyol)," tulisnya di surat wasiat.
"Saya katakan persembahkan, karena jelas atas kehendak Allah saya telah mempersembahkannya sebagai milik saya (kepada Spanyol)."
(Dari pelbagai sumber/Lily/The, seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Desember 1992)